Jalandakwah Gus Huda mengubah lokalisasi puncak, menjadi pesona kebaikan dan pendidikan Islam diketahui Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, H. Imam Tobroni. Lewat akun sosmednya, ia mengaku dan mengapresiasi terhadap perjuangan Gus Huda disampaikan; "Saya Mengenal Beliau Gus Huda (panggilan kerenya) sejak muda Bersama.
Oleh Winda S Septiana, [email protected] Rasulullah berdakwah tidak sekadar meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah yang bersifat individu. Tapi sampai menjadi islam tegak di muka bumi dan menjadi tatanan sebuah kehidupan dalam bermasyarakat. Sebab itu, dakwah adalah sebuah perjalanan panjang dan berat. Bahkan perjalanan dakwah bisa lebih panjang usianya daripada usia kita para dai. “Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap Totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban dakwah, ia akan terhalang dari pahala besar seorang mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk tanpa mengambil peran. Lalu Allah akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul dakwah ini.” Hasan Al-Banna Ada Beberapa tingkatan dakwah yang harus dilalui untuk sampai pada tingkatan tertinggi, antara lain 1. Membina Individu Pada tahapan pertama dalam dakwah individu yaitu dengan membina orang terdekat. Mengikat dengan halaqoh yang bersifat terus-menerus dalam waktu yang panjang demi mengupayakan perbaikan ruhiyah secara Individu, agar terciptanya pribadi yang shalih serta berdaya guna. 2. Membina keluarga Setelah selesainya di tahapan pembinaan individu, tugas seorang dai adalah membina keluarganya untuk menjadi keluarga yang Rabbani, keluarga yang mampu mentauhidkan Allah. Agar dari keluarga yang terbina lahirlah dari sana generasi-generasi yang akan meneggakkan agama Allah di belahan bumi manapun saat kakinya berpijak. 3. Membina masyarakat Setelah selesai dalam pembinaan keluarga, sehingga terbentuknya kader kader dakwah dari keluarga para dai, maka masing-masing keluarga daiyah itu mempunyai tanggung jawab dakwah dalam membina masyarakat. 4. Membangun bangsa dan negara Seiring perjalanan waktu dalam membina keluarga dan masyarakat, maka keluarlah dan bergeraklah, kini saatnya membangun peradaban dalam skala yang lebib besar. Membangun Bangsa dan Negara. 5. Membangun peradaban dunia Jika sudah melewati tahapan dakwah sampai tingkat Negara, maka sampailah kita pada titik puncak tertinggi dan bangunlah peradaban dunia yang baru dengan menjadikan islam sebagai sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat. Agenda para dai adalah satu rangkaian panjang sehingga islam mampu tegak di muka bumi. Yang tidak hanya sekadar lingkaran, tidak hanya sekadar dauroh, tidak hanya sekadar kajian-kajian bulanan. Tapi lebih besar lagi tujuan dakwah kita. Yaitu untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan baru yang berlandaskan aturan-aturan islam. Sebab, hakikat setiap kita adalah dai maka sudah semestinya kita membina individu sampai kalimat Allah tegak di seluruh penjuru bumi. Usia kita mungkin tidak akan sampai pada peradaban dunia baru. Tapi Allah telah mencatat kita sebagai bagian dari perjuangan di jalan dakwah ini. Perjalanan ini panjang dan berat. Sudah menjadi Tugas seorang dai untuk tidak hanya sekadar baik bagi diri sendiri, keluarga sendiri, dan tidak hanya selesai pada kehidupan di masyarakat yang baik. Tapi untuk dakwah yang lebih luas sehingga mampu mencakup ke seluruh penjuru di muka bumi. Sudah menjadi tabiat manusia itu senangnya santai santai dan seringkali terlena pada waktu luang. Namun jika amanah berat datang justru menghindar. Tapi percayalah wahai kader dakwah. Bahwa Allah, memilih kita para pengemban dakwah maka sangat tidak mungkin amanah itu salah sasaran. Saat amanah itu datang, maka bersiapsiagalah kita untuk mengembannya, bukan malah menghindar. Dan Allah memberikan ganjaran yang sesuai bagi perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan untuk dakwah. Sebesar apa perjuangan dan pengorbanan yang kau berikan untuk dakwah. Sebesar itu juga pahala yang Allah berikan untuk kita. Begitu juga dengan kedudukan kita di mata Allah itu setara dengan perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan untuk dakwah. Maka berikanlah yang terbaik untuk Allah. Apa yang telah mereka para salafush shalih berikan untuk dakwah sungguhlah tidak ada tandingannya sedikitpun dengan yang kita berikan hari ini. Mereka lah para pembangun dakwah di awal perjuangan, kita sebagai generasi setelah mereka menjadi penerus perjuangan panjang ini. Bersabarlah sampai Allah katakan “Cukup sampai di sini!”. Maka persiapkanlah dirimu sebelum berdakwah. Sebelum membina. Sehingga membina dengan kualitas jihad. Siapkan materi, Fisik, Ruhiyah dan Cinta pada jalan ini. Jihad menjadi satu kewajiban bagi setiap kita, baik dalam keadaan ringan ataupun berat seperti dalam firmanNya QS. At-Taubah 9 Ayat 41 Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” Dakwah juga ibarat jual beli dengan Allah. Sungguh tidak pernah merugi atas apa yang kita jual kepada Allah, pada harta keluarga dan jiwa sungguh itulah kepunyaan Allah. Allah abadikan dalam firmanNya QS. At-Taubah 9 Ayat 111 “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” Sudah menjadi hakikat bagi seorang kader dakwah untuk berjuang bersama-sama, berlomba dalam menebar benih kebaikan, di dalam barisan itu ada keberkahan, ada cinta dan sayap-sayap malaikat yang menaungi tiap perjumpaan para kader dakwah. Ambil peranmu dalam dakwah, sebab dakwah akan tetap berjalan dengan adanya kamu atau tidak dalam barisan. Wallahualam. []
35 Jalan Provinsi Riau Rusak Berat. Riau | Senin, 08 Juni 2020 - 09:19 WIB. BAGIKAN. BACA JUGA. Sampah Masih Menumpuk di Pinggir Jalan
Bentuk-bentuk Jatuh di Jalan Dakwah Menjadi lambat, kurang kontribusi, kurang produktifMenjadi pasif dan tidak berbuat apa-apaMenarik diri dari lingkaran dakwahMenjadi benci terhadap dakwahBerbalik memusuhi dan memerangi dakwahItulah beberapa indikasi jatuhnya seseorang di jalan dakwah, mulai dari indikasi yang ringan sampai pada yang paling berat. Fenomena berjatuhan di jalan dakwah adalah fenomena yang hampir selalu ada. Siapakah yang dirugikan dari fenomena ini? Dakwah? Sampai batas-batas tertentu, bisa jadi. Akan tetapi, yang sebetulnya dirugikan adalah sang aktivis dakwah yang terjatuh itu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang. Jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi. Relakah kita menjadi orang yang tertinggal itu?Orang-orang yang jatuh di jalan dakwah bisa juga diibaratkan seperti daun-daun yang berguguran dari sebuah pohon yang rindang dan lebat daunnya. Itulah 'pohon dakwah'. Dedaunan yang jatuh berguguran itu sama sekali tidak merugikan pohon besar tersebut. Justru, dedaunan yang gugur itulah yang menjadi binasa karena ia akan menjadi kering dan hancur karena tidak lagi bisa mendapatkan suplai makanan dari pohon. Relakah kita menjadi daun yang gugur itu?Selanjutnya, apa sajakah yang bisa menyebabkan seorang aktivis dakwah terjatuh di jalan dakwah? Secara umum, ada 2 sebab faktor internal dan faktor Faktor Internal 1. Karena semangat menurun Antisipasi Senantiasa menjaga kekuatan ruhiyahMembentengi diri dengan ilmu yang kokoh 2. Karena merasa jenuh Antisipasi Tidak berlebihan dan ekstrim, menanggung beban yang terlalu beratMelakukan refreshing dan hal-hal yang menghibur diri 3. Karena tidak puas Antisipasi Senantiasa ikhlas hanya karena Allah dan tidak menggantungkan harapan dan orientasi kepada selain-Nya 4. Karena tidak bisa memahami dakwah Antisipasi Terlibat dan terjun langsung dalam dakwah sehingga memahami realitasSenantiasa mengikuti perkembangan dan dinamika terkiniSenantiasa meningkatkan dan mempeluas ilmu dan pemahaman Karena Faktor Eksternal 1. Karena terbawa oleh lingkungan pergaulan Antisipasi Cari lingkungan pergaulan dan teman-teman dekat yang baikPerkuat ketahanan diri ruhiyah dan ilmu 2. Karena tekanan dan pengaruh keluarga Antisipasi Membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan keluargaBerusaha untuk berdakwah dalam keluarga dengan cara yang sebaik-baiknyaMemiliki ”keluarga kedua” 3. Karena terbuai oleh kenikmatan dunia Antisipasi Perkuat ketahanan diri ruhiyah dan ilmuMemiliki tameng diluar diri kita orang-orang yang bisa menjaga diri kita, bentuk-bentuk kenikmatan tandingan yang syar’i 4. Karena tidak kuat menghadapi tekanan kehidupan Antisipasi Memantapkan pilar-pilar kehidupanPerkuat ketahanan diriPerhatian dan bantuan dari saudara-saudaranya 5. Karena tidak kuat menghadapi intimidasi Antisipasi Perkuat ketahanan diriMempersenjatai diriPembelaan dan dukungan dari saudara-saudaranya 6. Karena perselisihan atau konflik dengan saudaranya Antisipasi Senantiasa menjaga adab-adab dan akhlaq-akhlaq mu’amalah dengan saudara-saudaranyaMemiliki hati yang lapangAdanya peredam bibit-bibit perselisihan dan konflik
A Tabiat jalan dakwah. Jalan dakwah merupakan jalan yang panjang dan sukar. Sebab diantara yang haq dan yang batil terdapat pertentanganyang nyata. Dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul beban berat, kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan.
Dakwah memang berat, namun bisa dinikmati dengan seiring berjalannya waktu. Sebagaimana pendaki gunung yang menapaki beratnya medan dipegunungan, mereka akan berhenti sejenak untuk istirahat sambil menikmati pemandangan yang terhampar, berat namun ketika dinikmati tak terasa sudah mencapai puncak pegunungan, dimana ke indahannya sanggup melupakan beratnya medan. Memang begitulah dakwah yang akan senantiasa menemui berbagai persoalan dalam perjalanannya, nikmatilah setiap peristiwa dengan berbagai hikmah yang terkandung. Ah… memang dakwah adalah sesuatu, ya sesuatu yang membuat kehidupan tidak pernah mengalami kebosanan, karena akan terus terpacu kepada tantangan zaman dan perubahan yang terjadi ditengah-tengah ummat. Sesuatu yang membuat seorang hamba terus hidup walaupun meninggal, ya terus hidup apa yang diajarkan kepada ummat. Dan sesuatu yang akan terus menjadi poros kehidupan. Tibalah saatnya sampai kepada akhir dari perjalanan hidup. Tangan sudah tidak bisa lagi untuk mengajak, kaki sudah tidak bisa lagi berjalan dan mulut sudah bisa lagi berucap, jasadpun sudah kaku karena ditinggalkan oleh Ruh. Ketika itu seorang hamba dipanggil untuk melaporkan usaha terbaiknya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Saat itulah, ketika pengemban dakwah yang beruntung akan di masukkan kedalam surga dengan berbagai kenikmatannya, seketika itu terlupakan seluruh jarum yang menusuk badannya, cacian makian yang diterimanya, penolakan yang diterimanya, tebasan pedang yang menyayat badannya dan berbagai ujian yang diterimanya. Sungguh perniagaan yang menguntungkan. – يَا مُخَنثَ العزْمِ أيْنَ أَنْتَ وَالطّريقُ ؟ طَريقٌ تَعِبَ فِيهِ آدمُ ، وناحَ لأَجْلِهِ نُوح ، وَرُميَ فِي النَّار الْخَلِيلُ ، وأضْجِعَ للذّبْحِ إسْماعيلُ ، وَبِيعَ يُوسُف بثَمَنٍ بَخْس ولَبِثَ فِي السِّجْنِ بِضْعَ سِنين ، وَنُشِرَ بالْمِنْشَار زكريا ، وذُبِحَ السّيدُ الْحصورُ يَحْيَ ، وَقَاسَى الضُّرّ أيوبُ ، وزادَ عَلى المِقْدارِ بُكَاءُ داود ، وسَارَ معَ الْوَحْشِ عِيسى ، وعَالجَ الْفَقْرَ وأنواعَ الأذَى محمّد صلّى الله عليه وسلم ، تزْهَا أنت باللّهوِ وَاللّعِب ابن قيم الجوزية, الفوائد Jalan menuju Allah adalah jalan dimana Adam kelelahan Nuh mengeluh Ibrahim dilempar ke dalam api Ismail dibentangkan untuk disembelih Yusuf dijual dengan harga yang murah dan dipenjara selama beberapa tahun Zakaria digergaji Yahya disembelih Ayyub menderita penyakit Daud menangis melebihi kadar semestinya Isa berjalan sendirian dan Muhammad shalallahu alaihi wasallam mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan. Sementara kalian ingin menempuhnya dengan bersantai dan bermain-main? Demi Allah takkan pernah terjadi! Pos-pos Terkait
Kegiatandakwah bisa dilakukan siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Dakwah bisa dilakukan lewat perbuatan atau pemikiran, bisa berupa himbauan, ajakan atau bahkan gagasan. Asalkan tujuannya untuk mengajak pada jalan kebenaran sesuai Al-Qur'an dan hadits, maka itu tergolong dalam perbuatan dakwah yang benar.
Jalan dakwah adalah jalan yang mulia dan mahal. Sesungguhnya itulah jalan surga dan diredhai Allah, itulah jalan Allah. "Hai Tuhan kami, tetapkanlah tapak-tapak kaki kami di atas jalanMu". Jalan dakwah adalah jalan yang dipenuhi dengan segala perkara yang dibenci oleh hawa nafsu dan bukan merupakan jalan yang ditaburi bunga-bunga yang mewangi. Beberapa banyak rintangan yang menghalang dan beberapa banyak penyelewengan yang mungkin terjadi dalam beberapa aspek yang menjauhkan orang yang berjalan di atas jalannya. Seorang Muslim yang telah menyadari pengertian iman di dalam dirinya dan hatinya merasa bertanggungjawab terhadap Islam mestilah mencari jalan dakwah yang hendak dilaluinya. Dia mestilah mengetahui manhaj atau cara bekerja dan beriltizam dengannya. Setelah itu, dia wajib mempunyai pengetahuan mengenainya, mempunyai kesadaran dan keyakinan supaya dia tidak mudah tergelincir dan terpesong. Supaya dia tidak tersungkur dengan satu halangan. Di Antara Rintangan dan Penyelewengan Terdapat perbedaan yang jelas di antara rintangan dan penyelewengan. Jalan yang menyeleweng itu membawa orang yang melaluinya terpesong dari jalan yang sahih. Maka selagi dia tidak berusaha memperbaiki dirinya dan meninggalkan penyelewengannya, semakin hari dia akan bertambah jauh dari jalan yang benar terutama orang-orang yang berkobar-kobar semangatnya. Ada kalanya dia susah untuk kembali ke jalan yang sahih dan lurus kecuali dia mendapat rahmat dari Allah Rintangan-rintangan itu biasanya melintang di tengah-tengah jalan dakwah, merintangi para da’i, menahannya, melemahkan keazaman, mengelirukan fikirannya, merusakkan usaha dan hasil dakwahnya dan menjadikan seperti orang lain yang tidak mempunyai bekas, tidak mempunyai pengaruh dan tidak bernilai langsung. Penyelewengan dan rintangan itu berupa ujian dan halangan yang biasanya menimpa orang-orang yang beriman. Berdasarkan firman Allah yang bermaksud "Alif Lam Mim. Adakah manusia menyangka bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta".Al-Ankabut 1-3 Setelah kita membahas mengenai penyelewengan di dalam tema sebelumnya, kita akan membahas pula rintangan-rintangan ini di dalam tajuk ini, mengingat sebagian dari saudara saya yang dimuliakan telah mengingatkan saya bahwa pembicaraan mengenai penyelewengan ini sangat penting karena berbahaya, lebih-lebih lagi di masa ini dalam sejarah dakwah Islam, memerlukan penjelasan yang lebih lanjut lagi. Oleh itu kita akan kembali membincangkannya setelah kita selesai membicarakan tentang rintangan-rintangan itu. Rintangan-rintangan dan Halangan-halangannya Manusia Meninggalkan Dakwah Rintangan pertama di jalan dakwah yang dihadapi oleh para duat ialah manusia berpaling dari mereka dan tidak mempedulikan mereka kecuali yang telah diberi hidayat oleh Allah. Sekiranya dugaan-dugaan sedemikian rupa membuat mereka merasa susah, melemahkan keazaman mereka dan mereka tidak berpuas hati dengan sambutan yang telah diperoleh, maka dia telah gagal di permulaan jalan dakwah. Jangan diharapkan lagi mereka ini untuk meneruskan jalannya bersama angkatan para pendukung dakwah kepada Allah. Wajib setiap orang yang melalui jalan dakwah ini mempersiapkan dan memantapkan dirinya di atas jalan dakwah, walau bagaimana pun susahnya. Dia mesti dapat memahami bahwa untuk mendapat sambutan dan mencapai hasil yang memuaskan bukan satu perkara yang mudah karena pendukung dakwah itu menyeru manusia kepada perkara yang berlainan dengan kehendak nafsu mereka, mengajak mereka meninggalkan beberapa kepercayaan yang sesat dan berbagai-bagai perilaku buruk jahiliah. Lantaran itu, para da’i mestilah bersabar dan terus bersabar dalam menyampaikan dakwah walaupun berpaling daripadanya atau tidak memberi perhatian terhadap dakwahnya. Kita mengambil teladan dan qudwah hasanah pada diri Rasulullah di dalam urusan dakwah ini karena baginda adalah manusia yang paling tinggi, ideal dan paling mulia bagi para pendukung yang menyeru manusia pada jalan Allah. Dari sirah Rasul, kita dapati baginda terus menawarkan diri dan dakwahnya kepada kabilah-kabilah dan suku-suku bangsa Arab di pasar-pasar walaupun mereka berpaling dari baginda. Bahkan, mereka mengejek dan mengganggu baginda. Baginda juga merantau ke beberapa tempat yang jauh dan mengalami berbagai kesulitan selama menyampaikan dakwah Islam. Kita juga dapat mengambil teladan yang baik di dalam pengertian ini dari kisah-kisah yang dihidangkan oleh Al-Quran tentang bagaimana unggulnya kesabaran nabi Nuh dalam menyeru kaumnya kepada agama Allah. Dia sanggup bertahan dalam menyeru mereka kepada Allah selama 950 tahun walaupun sebagian besar mereka berpaling dari baginda dan juga mengganggu baginda. Firman Allah “Nuh berkata Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari dari kebenaran. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka kepada iman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya ke mukanya dan mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri dengan sombongnya. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka kepada iman dengan terang-terangan kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan rahasia". Nuh 5-9 Demikianlah kesungguhan dan kesabaran nabi Nuh tatkala menyeru kaumnya kepada Allah siang dan malam, secara rahasia dan terang-terangan tanpa jemu dan putus asa. Kita juga mendapat pelajaran dari kisah nabi Yunus; dengan kaumnya. Dia meninggalkan kaumnya dengan perasaan karena mereka berpaling darinya dan tidak menyambut seruannya lalu Allah memberikan pengajaran kepadanya ditelan ikan Nun. Ini juga iktibar dan pengajaran kepada para pendukung dakwah kepada Allah. "Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan". Al-Ma’idah 99 Para duat ila Allah diwajibkan menyampaikan dakwah Islam kepada manusia. Mereka tidak dipertanggungjawabkan akan keberhasilannya dan hanya Allah saja yang berkuasa memberi hidayah. "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada seorang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakiNya". Al-Qasas 56 Wahai saudaraku, tatkala kamu menyeru manusia kepada Allah dan orang itu menerimanya dengan segera, itu adalah semata-mata karena karunia Allah. Sebaliknya, jika dia menolak dakwah dan berpaling darimu mungkin pada satu hari kelak dia teringat apa yang telah kamu serukan kepadanya lalu dia sadar dan kembali kepada jalan Allah dan saudara hanyalah menjadi faktor penyebab kepada hidayahNya. Sekiranya dia terus mabuk di dalam kesesatannya dan kebodohannya walaupun kamu telah memberikan berbagai hujah, maka kamu telah menunaikan kewajiban kamu terhadapnya. Kita mestilah menyadari hakikat bahwa orang yang kita seru kepada Allah dan kebaikan itu sebenarnya sedang berada di dalam keadaan lupa dan lalai. Oleh itu, mereka tidak sadar dan tidak insaf. Orang seperti itulah yang utama diseru dan diberi peringatan sehingga mereka sadar dan ingat kembali. Janganlah kita menyangka bahwa sambutan mereka yang pertama kepada dakwah telah mencukupi dan memadai untuk meneruskan dan mengekalkan kesadaran mereka terhadap tugas mereka kepada Allah dan kepada Islam supaya mereka terus berjalan di atas sirat almustaqim. Sekiranya kamu membiarkan mereka beberapa saat tanpa peringatan, pendidikan dan tanpa bimbingan seterusnya kemungkinan mereka akan kembali kepada suasana lupa dan lalai. Lantas kita menyangka bahwa mereka telah berpaling dari kita dan dari dakwah Islam, padahal pada hakikatnya, kitalah yang melupakan mereka dan mengabaikan mereka. Jadi kitalah sebenarnya yang bersalah. Cibiran dan Ejekan Tabiat diri kita mudah marah apabila diejek dan diganggu oleh orang lain. Berkat naungan Islam pada umumnya dan penglibatan dalam bidang dakwah pada khususnya, kita diwajibkan melatih diri supaya menerima segala gangguan, ejekan dan hinaan yang menimpa kita di jalan dakwah Islam. Sebenarnya semua ini tidak sedikitpun mengurangi derajat kemuliaan kita. Ambillah uswah hasanah contoh teladan yang baik dari diri Rasulullah sendiri yang telah menerima berbagai ejekan dari kaum musyrikin. Mereka telah melemparkan baginda dengan berbagai tuduhan palsu malah menuduh baginda sebagai pendusta, tukang sihir dan orang gila. Lebih dari itu mereka mengganggu, menyiksa, akhir sekali mereka menawarkan kepada baginda berbagai kemewahan hidup yang istimewa, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah Mereka mengusir baginda dari negeri baginda tetapi semuanya itu tidak memalingkan baginda dari dakwah, bahkan baginda terus mengembangkan dakwahnya dengan lebih giat lagi sambil berdoa kepada Allah supaya Allah memberi hidayah kepada mereka, dengan bersabda "Hai Tuhanku berikanlah petunjuk kepada mereka karena sesungguhnya mereka itu tidak mengetahui". Dengan uslub al-hakim cara yang bijaksana seperti itu Rasulullah telah sukses menawan beberapa hati yang tadinya tertutup dan menarik beberapa manusia kepada Islam yang tadinya berpaling dari baginda dan yang selama ini menentang baginda. Benarlah Allah Yang Maha Agung apabila berfirman "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia kepada Allah dan beramal soleh dan berkata "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri". Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Dan tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". Fusillat 33-3 Para da’i tidak boleh sekali-kali marah kepada dirinya. Janganlah dijadikan ejekan dan gangguan manusia sebagai satu sebab yang membawa dia berpaling dari tugas yang mulia ini atau menyebabkan dia berhenti dari usaha dakwah. Jadilah kamu seperti apa yang dikatakan oleh Imam As Syahid Hassan al-Banna "Jadilah kamu dengan manusia seperti pohon buah-buahan yang mereka lempari dengan batu, tetapi pohon itu sebaliknya melempari manusia dengan buah-buahnya". Penyiksaan Penyiksaan dari petinggi jahiliah terdiri dari berbagai rupa dan warna dan datang dari berbagai sudut. Penyiksaan terhadap jasmani, rohani dan gangguan terhadap harta, ahli keluarga dan masyarakat, ataupun pemerintah yang sedang berkuasa yang zalim. Mereka inilah yang diseru kepada Allah supaya kembali kepada Islam. Kita tidak berkata dari pusat kekuatan mereka karena mereka sebenamya lemah, apabila mereka tidak dapat mematahkan hujah-hujah pendukung dakwah Islam, mereka menggunakan cara yang lemah yaitu dengan menerkam, memukul, mencengkram dengan kuku besi mereka dan menyiksa para pendukung kebenaran karena mereka menganggap dan menyangka bahwa kekejaman, pembunuhan dan penyiksaan mereka yang tidak berperikemanusiaan itu akan menghapuskan suara kebenaran ataupun memadamkan nur Ilahi dan sinar Islam. Tetapi sangkaan mereka pasti menemui kegagalan. "Mereka mau memadamkan nur Allah dengan mulut ucapan-ucapan mereka, dan Allah menyempurnakan cahayanya walaupun dibenci oleh orang-orang kafir". At-Taubah 32 Inilah dia sunnah Allah dalam dakwah untuk pendukung dakwah yang telah berlaku, yang sedang berlaku dan akan terus berlaku sepanjang umur manusia di muka bumi ini. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang yang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dam kesengsaraan, serta digoncangkan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat". Al-Baqarah214 Jadi apabila para du’at tidak ridha menerima gangguan dan penyiksaan seperti ini, tidak sabar menanggung sengsara, tidak mengharapkan pahala dari Allah dan hanya mengutamakan kenyamanan dan keselamatan. Gejala ini akan menimbulkan akibat yang merugikan agamanya, merugikan kedudukannya dalam menegakkan kebenaran, malah ia ridha duduk dan tinggal bersenang-senang di rumahnya menjauhkan diri dari jihad dan dakwah. Tidak mau lagi meneruskan perjalanan di jalan dakwah dan tidak mau lagi mengumandangkan suara dakwah dan kebenaran. Akhirnya dia mengalami kekalahan total di dalam melintasi rintangan itu. Dengan sendirinya, dia mengharamkan dirinya dari mencapai kemuliaan angkatan mujahidin dan ketinggian derajat pendukung dakwah. Allah pasti menggantikannya dengan orang lain yang lebih ridha berjihad pada jalan Allah tanpa takut kepada cercaan siapa pun. "Dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu ini." Muhammad 38 Pada hakikatnya, Allah Maha Kaya dari kita dan jihad kita. "Barangsiapa yang berjihad maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam." Al-Ankabut 6 Oleh karena itu para dai wajib memperkuat azam mereka, mengukuhkan kemauan mereka sejak bermulanya langkah pertama di atas jalan dakwah. Bersedia menanggung segala sengsara dan gangguan dari manusia, meminta bantuan hanya kepada Allah mengutamakan apa yang ada di sisi Allah, membulatkan keyakinan dan mempercayai dengan sepenuh jiwa raga bahwa segala bala bencana asalkan bukan neraka adalah baik belaka. Maka janganlah menyerah kalah berhadapan dengan kebatilan yang sedang merongrong dan mengancamnya. Sesungguhnya pada Rasulullah itu ada teladan yang baik. Qudwah hasanah yang telah ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah di dalam menanggung sengsara penyiksaan dan gangguan, tetapi mereka bersabar. Bersama kesusahan itu ada kesenangan dan bahwa gangguan itu merupakan tanda-tanda baik dan berita gembira dan kemenangan serta pertolongan dari Allah. "Dan sesungguhnya telah didustakan Rasul-rasul sebelum kamu akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datang pertolomgan kami kepada mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat merubah kalimah-kalimah janji Allah". Al-An aam 34 Kelapangan dan Kesenangan Setelah Kesusahan Para pendukung dakwah yang muslim, biasanya mampu menghadapi bukit-bukit rintangan yang telah lalu yang berupa penolakan manusia, ejekan mereka serta gangguan dan penentangan mereka. Dengan penuh kesabaran, ketahanan, kesadaran dan kewaspadaan mereka mengumpulkan segala tenaga yang ada pada mereka untuk menghadapi gangguan pihak-pihak pendukung kebatilan jahiliah dan akhirnya mereka mencapai kejayaan. Kekuatan, kemauan dan jiwa mereka tidak pernah lemah dan luntur walaupun menghadapi kesusahan hidup, kerusakan dan keburukan suasana serta berbagai gangguan dan penindasan dari pihak yang menentang dakwah. Sehingga akhirnya Allah menghapuskan kesusahan, kesulitan dan meringankan tekanan dan gangguan baik seluruhnya atau sebagiannya. Biasanya pertolongan Allah ini akan mengurangi kepayahan dan keletihan serta menimbulkan kerehatan dan kelapangan untuk ketenangan saraf dan ketenteraman jiwa demi memperbaharui keaktifan dan kesegaran. Di sinilah lahirnya pula satu bukit halangan yang tidak terduga. Ketenangan jiwa, ketenteraman warna suasana penuh kerehatan dan kelapangan, kadang-kadang melalaikan kita, lantas kita menyerah kepadanya dan terus terlelap dan enak di dalamnya. Terutamanya apabila kerehatan dan kelapangan itu disertai oleh kemewahan atau kesenangan hidup. Kadang-kadang orang yang terjatuh pada bentuk rintangan seperti ini akan mencari-cari dan mereka-reka berbagai alasan untuk membenarkan tindakannya yang tidak sesuai dengan harakah dan merugikan dakwah Islam dan jihad. Sikap ini hanyalah semata-mata bertujuan untuk mengurangkan tekanan jiwa lawwamahnya jiwa yang menyesali. Akhirnya kerehatan dan kelapangan yang terbuka itu menjadi sempurna tanpa sebarang tekanan. Oleh karena itu, pendukung dakwah yang benar janjinya kepada Allah dan benar niatnya untuk berdakwah dan telah menjual dirinya dan hartanya kepada Allah, mesti menyadari dan menginsafi perkara ini dan hendaklah berterusan melepasi rintangan demi rintangan tanpa tersangkut dan tersungkur padanya. Saudara-saudaranya pula mesti menarik tangannya dan menolongnya untuk bangkit kembali meneruskan jihad dan perjuangannya di jalan Allah. Dakwah Islam senantiasa memerlukan usaha dan tenaga yang maksimal supaya dakwah senantiasa subur dan mekar. Alhamdulillah. Kemenangan dan kelapangan yang terluang tadi hanyalah merupakan alat peluang untuk memperbaharui kekuatan, kegiatan. "Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah" Al-A’raaf58
Dakwahmemerlukan kesabaran dan ketekunan dalam memikul beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati, kedermawanan dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang terus menerus dan hasilnya terserah kepada Allah, sesuai waktu yang dikehendaki-Nya.
Meski tantangan, rintangan, dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah Swt. akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah Swt. itu amat dekat. Muslimah News, KAFFAH — Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul Allah Swt.. Tak ada seorang nabi dan rasul pun diutus oleh Allah Swt. kecuali untuk berdakwah; menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Para nabi dan rasul adalah orang-orang mulia. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah Swt.. Demikian pula tugas dakwah yang mereka emban. Sama-sama mulia. Begitu mulianya, tidak ada yang lebih baik daripada aktivitas dakwah. Allah Swt. tegas berfirman, وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ “Siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang-orang yang menyeru manusia ke jalan Allah, beramal saleh, dan berkata, “Sungguh aku ini termasuk kaum muslim.” QS Fushilat [41] 33 Namun demikian, sebagai bagian dari sunatullah, jalan dakwah bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah adalah jalan terjal, penuh onak dan duri. Jalan yang kadang mengundang bahaya. Karena itu tak sedikit yang berguguran di jalan dakwah. Namun, tidak demikian dengan para nabi dan para rasul. Tak ada satu nabi dan rasul pun kecuali mereka tetap istikamah dan teguh di jalan dakwah. Salah satu contohnya adalah Nabi Nuh as.. Beliau mendakwahi umatnya selama 950 tahun! Lihat QS al-Ankabut [29] 14. Yang luar biasa, beliau mendakwahi umatnya siang dan malam! Namun begitu, sebagaimana kita ketahui, orang-orang yang berhasil beliau dakwahi tidak banyak. Para pengikut beliau sangatlah sedikit. Banyak yang tak peduli dan lari. Banyak pula yang menentang dakwah beliau Lihat QS Nuh [71] 5-7. Demikian pula Nabi Ibrahim as. dalam mendakwahi kaumnya. Tantangan dakwah beliau sangat berat. Bahkan beliau harus berhadapan dengan penguasa bengis, Raja Namrud. Akibat dakwah beliau, beliau harus rela dibakar dengan nyala api yang sangat besar yang mengepung beliau Lihat QS al-Anbiya’ [21] 66-69. Tantangan dakwah juga dialami oleh Nabi Luth as., Nabi Musa as., dan para nabi/rasul yang lain. Hal yang sama tentu juga dialami oleh Baginda Rasulullah saw. dan para Sahabat beliau. Hanya karena dakwah, Rasulullah saw., misalnya, pernah dipukul sampai pingsan HR Muslim; dilempar dengan batu, dilempari saat melewati Pasar Dzul Majaz oleh Abu Lahab HR Ibnu Hibban; dilempari dengan kotoran unta saat sedang sujud oleh Uqbah bin Abi Mu’ith HR al-Bukhari; hendak diinjak lehernya oleh Abu Jahal saat beliau sedang shalat; diejek dan di-bully saat beliau berdakwah ke Thaif HR Ibnu Hisyam; dicaci-maki bahkan diludahi HR ath-Thabari; dituding gila, tukang sihir, pemecah-belah, dan lain-lain. Hal yang sama dialami oleh para sahabat beliau. Ragam penyiksaan, misalnya, dialami antara lain oleh suami istri, yaitu Yasir dan Sumayah, serta putranya, Ammar. Ada juga sahabat yang diikat, seperti dialami oleh Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dan ibunya HR al-Bukhari. Ada yang ditekan oleh Ibunya, seperti dialami oleh Saad bin Abi Waqash HR Ibnu Hibban. Ada yang dijemur di bawah terik matahari, seperti dialami Bilal bin Rabbah HR al-Hakim. Ada yang dilarang tampil dan menyerukan dakwah secara terbuka, seperti dialami oleh Abu Bakar HR al-Bukhari. Rasulullah saw. dan para sahabat juga pernah diboikot selama 3 tahun. Mereka tinggal di suatu lembah. Selama pemboikotan, banyak dari mereka yang kelaparan, terutama anak-anak HR Ibnu Saad dan adz-Dzahabi. Beliau dan para sahabat pun dihalang-halangi untuk berhijrah. Namun, semua itu tidak sedikit pun membuat mereka mundur dan surut dari jalan dakwah. Arah Perjuangan Dakwah Mengapa para nabi dan rasul Allah Swt. seluruhnya mengalami ragam tantangan, rintangan, dan gangguan di jalan dakwah? Jawabannya setidaknya ada dua. Pertama, karena arah perjuangan dakwah mereka jelas dan tegas menentang segala bentuk kekufuran dan kesyirikan; menentang rezim zalim; menentang sistem status quo yang notabene rusak dan merusak, yang bertentangan dengan risalah yang mereka emban. Itulah risalah tauhid. Risalah yang mengajari manusia agar menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah Swt.. Tentu dengan menjalankan dan menerapkan seluruh syariat-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Dengan begitu yang berlaku di tengah-tengah manusia hanyalah agama-Nya. Allah Swt. berfirman, هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا “Dialah Allah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan kebenaran agar Dia menangkan atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai Saksi.” QS al-Fath [48] 28 Kedua, tentu karena konsistensi, keistikamahan, dan keteguhan mereka di jalan dakwah. Tak ada sedikit pun sikap putus asa, gentar, apalagi takut. Mereka pantang mundur dari jalan perjuangan di jalan Allah. Bahkan teror kaum kafir terhadap mereka semakin menambah keimanan kepada Allah Swt. dan makin menguatkan keyakinan mereka akan pertolongan-Nya. Allah Swt. berfirman, الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ “Mereka ditakut-takuti oleh orang-orang yang berseru, Sungguh orang-orang telah berkumpul untuk menyerang kalian. Karena itu takutlah kalian kepada mereka!’ Namun, seruan itu malah makin menambah keimanan mereka. Mereka berkata, Cukuplah Allah Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong.’” QS Ali Imran [3] 173 Karena itulah, sebagaimana Rasulullah saw. dan para sahabat, hendaknya para pengemban dakwah hari ini tetap fokus pada arah perjuangan dakwah mereka. Arah perjuangan dakwah yang hakiki tentu harus tertuju pada penegakan sistem kehidupan Islam atau penerapan syariat Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Memelihara Sikap Optimis Karena itu meski tantangan, rintangan, dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah Swt. akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah Swt. itu amat dekat. Demikian sebagaimana firman-Nya, أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, sementara belum datang kepada kalian seumpama yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa ragam kesulitan dan bahaya serta berbagai guncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau berkata, Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah sungguh pertolongan Allah itu amat dekat.” QS al-Baqarah [2] 214 Karena itu pula, agar kita selalu optimis Pertama, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa Islam adalah agama yang hak, yang diturunkan oleh Allah Swt. untuk mengatur seluruh kehidupan umat manusia QS al-Maidah [5] 3. Kedua, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa kita adalah umat terbaik QS Ali Imran [3] 110. Karena itu Allah menetapkan kita dan umat ini sebagai pemimpin dunia, dengan membawa peradaban Islam yang sempurna QS al-Baqarah [2] 143. Ketiga, Allah Swt. juga memerintahkan kita menerapkan pemerintahan berdasarkan wahyu yang telah Dia turunkan QS al-Baqarah [2] 49. Ini merupakan keniscayaan, bahwa kita dan umat ini adalah pemimpin seluruh umat manusia. Keempat, Allah Swt. telah berjanji akan memenangkan agama-Nya atas semua agama yang lain QS at-Taubah [9] 33; QS al-Fath [48] 28; QS ash-Shaff [61] 9. Janji ini telah dipenuhi oleh Allah ketika Nabi Muhammad saw. masih hidup. Ketika Islam dimenangkan atas seluruh agama baik Yahudi, Nasrani, Paganisme, maupun yang lain. Ketika itu ideologi belum lahir. Setelah ideologi Kapitalisme dan Sosialisme lahir, Islam memang secara politik dikalahkan, khususnya setelah Khilafah Islam dihancurkan oleh konspirasi kaum kafir, 3 Maret 1924 M. Namun, yakinlah, sesuai dengan janji Allah Swt., Islam akan kembali Dia menangkan atas seluruh ideologi yang ada di dunia. Apalagi Allah Swt. pun berjanji akan memberikan kembali Kekhalifahan-Nya kepada kaum mukmin dan orang-orang yang melakukan amal saleh, yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lain sedikit pun QS an-Nur [24] 55. Kelima, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa menegakkan Islam dan seluruh syariatnya dalam seluruh aspek kehidupan ini adalah wajib. Haram umat ini dan seluruh manusia diperintah dan dihukumi bukan dengan syariat Allah Swt., sebagaimana yang terjadi hari ini. Sebabnya, siapa pun yang tidak memerintah dan berhukum dengan syariat-Nya bisa terkategori kafir, zalim, atau fasik Lihat QS al-Maidah [5] 44,45 dan 47. Keenam, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa setelah semua upaya terbaik sudah dilakukan, maka berikutnya adalah urusan Allah Swt. Lihat QS ath-Thalaq [65] 3. Dengan kata lain, kita wajib bertawakal kepada Allah Swt. dengan terus melakukan ikhtiar yang terbaik. Inilah yang menjadi hujah kita di hadapan-Nya kelak. WalLâhu a’lam. [] Hikmah Allah Swt. berfirman, وَٱصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِى ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ – إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ “Bersabarlah Muhammad dan kesabaranmu itu tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Janganlah engkau bersedih hati terhadap kekafiran mereka. Jangan pula bersempit dada terhadap tipudaya yang mereka rencanakan. Sungguh Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan para pelaku kebaikan.” QS an-Nahl [16] 127-128.[MNews/Rgl] === Sumber Buletin Kaffah No. 226 04 Jumadilakhir 1443 H/7 Januari 2022 M
Apalagibila orang mukmin itu berdakwah. Maka ujiannya pun akan lebih berat lagi. Sebab selain ujian atas keimanannya Allah juga akan mengujinya dalam hal konsistensi di jalan dakwah. Secara garis besar ujian dakwah dapat dibagi dua: ujian berupa kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan serta ujian dalam bentuk penderitaan, kenestapaan, dan
pF7jqF. k46e10ppqi.pages.dev/475k46e10ppqi.pages.dev/497k46e10ppqi.pages.dev/482k46e10ppqi.pages.dev/542k46e10ppqi.pages.dev/88k46e10ppqi.pages.dev/108k46e10ppqi.pages.dev/361k46e10ppqi.pages.dev/409
jalan dakwah itu berat