Kenyataaninilah yang menjadi peluang bagi sistem ekonomi dan keuangan Islam untuk menjadi sistem perekonomian dunia di masa depan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Departemen Perbankan Islam Bank Indonesia Nawawi dalam Seminar Internasional Ekonomi dan Keuangan Islam : Prospek dan Tantangannya di Asri Medical Center (AMC) UMY Senin (5/11/2012).BOGOR – Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masa depan. “Masa depan sangat diperhatikan dalam Islam,” kata Guru Besar IPB, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS, saat mengisi pengajian guru Sekolah Bosowa Bina Insani SBBI di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat 12/10.Kiai Didin mengupas Alquran Surat Al Hasyr 59 ayat 18, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”Kiai Didin juga mengutip sebuah hadis Rasulullah SAW yang menegaskan, “Didiklah anak-anakmu dengan sebaik mungkin, yang sesuai kebutuhan zamannya, sebab mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu saat ini.”Melalui Surat Al Hasyr ayat 19, kata Kiai Didin, Allah menyuruh orang-orang beriman mempersiapkan hari esok dengan sebaik mungkin. “Masa depan itu tidak hanya di dunia, tidak kalah pentingnya adalah di akhirat. Masa depan itu harus direncanakan dengan baik. Masa depan harus kita desain dengan landasan iman dan takwa,” ujarnya. Mengambil semangat ayat Surat Al Hasyr ayat 19 dan hadis Rasulullah SAW di atas, hendaknya orang-oranga beriman mempersiapkan anak-anak mereka dengan sebaik mungkin. Hal itu penting agar mereka siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan.“Anak-anak kita harus kita bekali dengan iman dan takwa. Kalau hanya dibekali sains dan teknologi, tanpa iman dan takwa, bisa menjerumuskan mereka,” ujar Direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun UIKA Bogor. Didin menambahkan, “Anak-anak kita boleh menjadi apa pun sesuai dengan bidang mereka. Mau jadi dokter, guru, pengusaha, politisi atau yang lainnya. Tetapi ada syaratnya mereka harus mempunyai landasan iman dan takwa.”Pentingnya menanamkan landasan iman dan takwa itu tidak hanya di rumah, tapi juga di sekolah. “Tujuan pendidikan adalah mendidik insan-insan yang beriman dan bertakwa. Sekolah harus mendidik para siswanya agar menjadi orang-orang yang memiliki landasan iman dan takwa yang kuat,” kata lalu mengutip pendapat para pendidikan, bahwa dalam pendidikan itu ada dua hal yang penting. Pertama, unsur-unsur yang tetap atau tidak boleh berubah, yakni keimanan, ketauhidan dan ketakwaan kepada Allah. “Ini tidak boleh berubah karena perkembangan zaman, sepanjang masa, kapan pun dan di mana pun,” yang boleh berubah sesuai perkembangan zaman. Contohnya metode mengajar. “Metode itu penting. Bahkan, metode itu lebih penting daripada sekadar materi materi pelajaran,” ujar Didin. Namun, ada yang lebih penting daripada metode, yakni guru. “Semangat guru dalam mendidik dan mengajar anak-anak muridnya dengan sebaik mungkin sangat diperlukan. Guru yang punya inisiatif dan variasi dalam mengajar, sehingga pelajaran terasa ada ruhnya dan murid-murid belajar dengan penuh perhatian,” papar Kiai Didin Hafidhuddin. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
QuoVadis pendidikan menjadi tuntutan dan sekaligus tuntunan yang diharapkan dalam menentukan masa depan pendidikan bangsa. Keterpaparan dalam ketertinggalan, ketidaktahuan serta gagap teknologi merupakan problematika tersendiri dalam dunia pendidikan, di tambah lagi adanya gagal paham dalam memahami agama dan nasionalisme. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan agama Islam (PAI
Pengenalan Dalam peradaban manusia, kita seringkali akan melihat perkembangan dan kemajuan individu, keluarga, komuniti, masyarakat dan negara. Apa yang dibincangkan dalam pengajian peradaban adalah demi kebaikan dan kebahagiaan manusia serta perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik. Masa depan peradaban manusia bergantung kepada ketinggian ilmu yang ada pada seseorang individu, masyarakat atau sesuatu peradaban. Semestinya ilmu yang dimaksudkan di sini ialah ilmu yang bermanfaat dan dipraktikkan. Ilmu yang tidak dipraktikkan akan lesu dan mati. Peradaban yang menjulang ilmu akan menjadi peradaban yang terkehadapan manakala peradaban yang meremeh-temehkan ilmu akan menjadi peradaban yang terkebelakang. Peradaban yang mementingkan ilmu akan menang manakala peradaban yang meminggirkan ilmu akan kalah. Dalam peradaban Islam, keperluan duniawi dilihat sebagai cara untuk mencapai keperluan ukhrawi dan mendapatkan keredaan Allah. Perkembangan Ilmu Dalam Peradaban Manusia Musuh kita adalah kejahilan kita sendiri, bukannya Amerika, sekutunya, barat ataupun timur. Manusia akan berfikir apabila ingin menyelesaikan masalah atau rasa ingin tahu. Dua pengetahuan asas yang muncul dalam peradaban manusia ialah pengetahuan tentang penulisan dan matematik. Manusia telah menggunakan piktografi bahasa simbol yang menerangkan sesuatu maksud. Maklumat mudah direkodkan apabila manusia menguasai sistem tulisan. Apabila huruf diperkenalkan, manusia mula melakukan usaha-usaha penterjemahan. Usaha penterjemahan dan kepentingan matematik tetap akan relevan untuk masa depan tamadun manusia. Orang-orang Islam terpaksa belajar Bahasa Greek dan Latin dalam usaha mempelajari berbagai disiplin yang telah dimulakan pencariannya oleh orang-orang dalam tamadun Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free BAB 15 – Amini Amir Islam Yang Dinamik. Serdang Penerbit Universiti Putra Malaysia. MASA DEPAN PERADABAN MANUSIA Pengenalan Dalam peradaban manusia, kita seringkali akan melihat perkembangan dan kemajuan individu, keluarga, komuniti, masyarakat dan negara. Apa yang dibincangkan dalam pengajian peradaban adalah demi kebaikan dan kebahagiaan manusia serta perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik. Masa depan peradaban manusia bergantung kepada ketinggian ilmu yang ada pada seseorang individu, masyarakat atau sesuatu peradaban. Semestinya ilmu yang dimaksudkan di sini ialah ilmu yang bermanfaat dan dipraktikkan. Ilmu yang tidak dipraktikkan akan lesu dan mati. Peradaban yang menjulang ilmu akan menjadi peradaban yang terkehadapan manakala peradaban yang meremeh-temehkan ilmu akan menjadi peradaban yang terkebelakang. Peradaban yang mementingkan ilmu akan menang manakala peradaban yang meminggirkan ilmu akan kalah. Dalam peradaban Islam, keperluan duniawi dilihat sebagai cara untuk mencapai keperluan ukhrawi dan mendapatkan keredaan Allah. Perkembangan Ilmu Dalam Peradaban Manusia Musuh kita adalah kejahilan kita sendiri, bukannya Amerika, sekutunya, barat ataupun timur. Manusia akan berfikir apabila ingin menyelesaikan masalah atau rasa ingin tahu. Dua pengetahuan asas yang muncul dalam peradaban manusia ialah pengetahuan tentang penulisan dan matematik. Manusia telah menggunakan piktografi bahasa simbol yang menerangkan sesuatu maksud. Maklumat mudah direkodkan apabila manusia menguasai sistem tulisan. Apabila huruf diperkenalkan, manusia mula melakukan usaha-usaha penterjemahan. Usaha penterjemahan dan kepentingan matematik tetap akan relevan untuk masa depan tamadun manusia. Orang-orang Islam terpaksa belajar Bahasa Greek dan Latin dalam usaha mempelajari berbagai disiplin yang telah dimulakan pencariannya oleh orang-orang dalam tamadun Greek. Akhirnya orang-orang Islam telah berjaya menterjemahkan karya-karya Greek dan Latin dan mem”bumi”kan ilmu falsafah dan ilmu yang dipelajari daripada orang-orang Greek mengikut acuan epistomologi Islam. Orang-orang Barat terpaksa mempelajari bahasa Arab dalam usaha mereka untuk memahami ilmu-ilmu yang dikuasai oleh orang Islam untuk dibawa balik ke Eropah dan negara-negara Barat yang lain. Proses ini tetap akan berlaku dalam tamadun manusia masa hadapan. Peradaban Ilmu dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Rasa ingin menyelesaikan masalah menyebabkan manusia berfikir. Manusia beroleh ilmu dan pengetahuan apabila manusia berfikir dan mencari ilmu pengetahuan. Sebelum tulisan tercipta, manusia menggunakan tanda, rajah ataupun simbol-simbol. Dengan cara itu, manusia mula merekodkan segala pengalaman mereka walaupun begitu terhad. Apabila terciptanya tulisan, manusia mula merekodkan segala pengetahuan dan pengalaman mereka tanpa sebarang limitasi. Asas kepada pembangunan zaman moden bertitik tolak daripada pemerolehan ilmu pengetahuan dan kemajuannya. Membaca untuk meraih ilmu pengetahuan adalah aktiviti pertama yang mencetuskan kemodenan. Justeru, Islamlah yang pertama mencetuskan tabiat membaca dan kelahiran Islam merupakan titik tolak kepada permulaan kemodenan sebenarnya. Persoalan sikap pula merupakan perkara yang sama penting dengan persoalan ilmu. Orang yang berilmu perlu mengubah sikap untuk memajukan kehidupannya. Masa depan peradaban manusia bergantung kepada dua perkara ini; iaitu sejauhmana tabiat membaca dan memperbetulkan sikap negatif menjadi budaya dan amalan dalam kehidupan manusia? Terdapat ungkapan Arab lama “Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China”. Pada zaman Rasulullah barangkali orang-orang Yathrib masih belum mengetahui kewujudan tamadun China. Terdapat delegasi Arab yang mengunjungi China ketika zaman Saidina Umar Al-Khattab Dalam banyak negara-negara Timur, negara China menjadi sebutan di kalangan orang Arab dan dikaitkan pula dengan kepentingan menuntut ilmu pengetahuan. Justeru, dalam peradaban Islam, persoalan interaksi peradaban sudah bermula sejak zaman awal perkembangan Islam lagi. Kedua, perkembangan dan kemajuan peradaban Islam membuktikan ilmu pengetahuan penting dalam pembangunan dan kemajuan peradaban. Melalui ilmu, manusia dapat memperolehi dan menyerlahkan hakikat keadilan serta kebenaran. Masa depan peradaban manusia bergantung kepada sejauh mana manusia belajar mengenai manusia dan kehidupannya yang mencakupi individu dan masyarakat serta kehidupan mereka yang berbagai warna kulit, bangsa, keturunan, asal-usul, darjat, martabat, pangkat, kuasa, kedudukan dan seumpamanya. Peradaban akan berkelangsungan sekiranya manusia menggunakan ilmu untuk menyelesaikan masalah manusia dan kehidupannya. Dalam pengajian peradaban, kita akan bertemu pelbagai paparan sejarah dan pengajaran tentang kepatuhan kepada manusia kepada sistem kepercayaan dan sistem nilai masing-masing, kejujuran dan keikhlasan, kesopanan, keluhuran budi pekerti, tradisi dan adat resam, inisiatif, penciptaan, inovasi, usaha manusia dan ikhtiar. Semua ini menyumbang kepada perkembangan dan kemajuan peradaban. Semuanya adalah ilmu dan budaya yang penting bagi masa depan peradaban. Sekularisme, Globalisasi dan Ilmu Sekularisme akan terus bermaharajalela di dalam pemikiran dan tindakan umat manusia kerana apabila wujud pemisahan kehidupan dengan keagamaan, maka selagi itulah ia akan terus berkembang mekar hasil daripada warisan lampau dan masakini. Kesannya telah nyata kepada masyarakat Barat. Bagi mereka, nilaian agama hanya pada unsur-unsur keagamaan dan spirituil malah situasi mutakhir ini menunjukkan bahawa nilai agama hanya tinggal sebagai lambang dan ceremonial. Tidak mustahil agama di Barat juga akan musnah. Masyarakat Barat telah jauh terpesong bukan sahaja dari sudut keagamaan mereka malah mereka juga telah mencemarkan etika dan moral kemanusiaan. Pejuang-pejuang homoseksual dan lesbian menjadi juara’ yang mampu mempengaruhi para pemimpin mereka sekaligus membuktikan betapa pencemaran etika dan moral ini semakin berleluasa. Di beberapa negara Barat, aktiviti-aktiviti ini tidak menyalahi undang-undang. Inilah kesan nyata apabila sekularisme bermaharajalela. Dalam situasi umat dan negara Islam pula, kesan seperti inilah juga yang akan menimpa seandainya sekularisme tidak segera dibendung. Apabila agama dipandang anutan ataupun warisan ataupun amalan-amalan spirituil semata-mata yang tidak menjadi teras dan akar segala tindakan, implikasinya tetap akan serupa seperti yang dialami oleh Barat. Contoh yang lain ialah penggunaan kondom dianggap lebih baik sebagai pencegah HIV Aids daripada ajaran agama yang telah lama mengharamkan perlakuan-perlakuan negatif sosial ini. Modenisme pula, yang berasaskan falsafah materialisme yang menjadi dominan di dunia sekarang ini bukan sahaja dipertuhankan mungkin tidak kelihatan seperti dipertuhankan tetapi ia dijelmakan sebagai suatu bentuk yang diagung-agungkan. Sememangnya Barat boleh dianggap maju dan moden apabila moden dan maju itu dirujuk kepada pembangunan material, kebendaan dan lahiriah. Namun, begitu jika dilihat sebaliknya, mereka amat mundur dalam kemajuan moral dan akhlak. Cathie Madsen Disember 2006 melaporkan empat negara teratas daripada segi kekerapan berlakunya kejadian jenayah secara keseluruhan di dunia didahului oleh Amerika Syarikat, Germany, United Kingdom dan Perancis. Semua negara ini merupakan negara industri dan negara maju daripada segi kebendaan. Sejarah modenisme telah mencatatkan bahawa ianya bermula dengan sekularisme. Jadi, kaitan antara kedua-duanya amatlah erat. Sikap terlalu menonjolkan nilai-nilai moden ditakuti akan menyemarakkan sekularisme sebab modenisme di Barat bertitik-tolak daripada pengingkaran dan pengasingan terhadap nilai-nilai agama Barat itu sendiri di dalam kehidupan mereka. Pada mulanya para modenis mereka bersetuju bahawa doktrin-doktrin keagamaan mereka perlu diulangkaji dan disemak semula untuk menghadapi cabaran perubahan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan tetapi kemudiannya mereka menjadikan asas dan unsur pemodenan itu sebagai dasar utama dan matlamat. Ini menunjukkan mereka telah mengenepikan fungsi agama sebagai neraca dan dasar untuk menghadapi perubahan zaman. Dalam era globalisasi dan kepesatan teknologi maklumat, nilai-nilai Barat yang negatif dan bertentangan dengan Islam dengan senang dapat menular dan mempengaruhi umat Islam. Ditambah pula dengan lemahnya iman dan kekurangan kekuatan jatidiri, individu Islam dengan mudah akan terpikat dan terikut-ikut dengan godaan syaitan dan runtunan nafsu syahwat. Sikap yang memandang remeh kepada masalah besar seperti jenayah dan gejala sosial boleh mengundang padah. Budaya berhibur yang keterlaluan extreme entertainment culture dan budaya hedonisme berseronok yang melampau yang merupakan di antara faktor kejatuhan peradaban Greek boleh meruntuhkan peradaban Melayu Islam. Maka masa depan peradaban manusia bergantung kepada sejauh mana manusia meletakkan pengagungan terhadap ilmu serta praktiknya, kepesatan aktiviti keilmuan dan keaktifan para intelektual. Proses globalisasi negatif telah merobah nilai dan budaya hidup umat Islam. Kebebasan yang keterlaluan yang diberikan kepada anak-anak muda kita telah disalahgunakan. Hiburan terlalu dipentingkan dan dibudayakan hingga hilangnya pengagungan terhadap budaya pembelajaran learning culture dan budaya ilmu knowledge culture. Anak-anak muda sanggup mencari wang berpuluh ringgit untuk berhibur, akan tetapi berapa ramai yang sanggup menghabiskan wang untuk tujuan pengajian dan pembelajaran? Masa Depan Peradaban Manusia Masalah Akibat Penyalahgunaan Dadah Narkotik dan Kes Jangkitan HIV AIDS Pada masa hadapan, dadah akan menjadi masalah manusia dan negara di seluruh dunia yang sangat serius. Perangkaan yang dikeluarkan oleh Pertubuhan Bangsa-bangsa Bersatu menunjukkan bahawa terdapat 190 juta manusia yang terlibat dalam masalah penyalahgunaan dadah. Dadah yang pada asalnya mempunyai banyak kebaikan untuk tujuan perubatan dan kesihatan telah menjadi masalah besar kepada umat dan tamadun manusia apabila manusia mula tahu menyalahgunakannya sama ada untuk tujuan komersial, keseronokan, menyelesaikan masalah dengan cara mudah atau berkhayal. Angka mereka yang terlibat dalam penyalahgunaan dadah meningkat dari masa ke masa terutamanya di kalangan belia. Kebanyakan penagih dadah berumur di bawah 30 tahun. Pada tahun 1999, jumlah negara yang melaporkan penyalahgunaan dadah melalui jarum suntikan ialah sebanyak 136 negara dan merupakan satu peningkatan berbanding 80 negara sahaja pada tahun 1992. Daripada jumlah ini, 93 negara telah mengenalpasti kewujudan HIV di kalangan penagih-penagih dadah melalui jarum suntikan. Walau bagaimanapun, ganja dan kanabis dikenalpasti sebagai jenis dadah yang paling banyak disalahgunakan di seluruh dunia. Kos penyalahgunaan dadah di Amerika Syarikat sahaja dianggarkan berjumlah 70 billion dolar Amerika setahun. Industri dadah yang tidak sah dianggarkan berjumlah lebih 400 billion dolar setahun bagi seluruh dunia. 35 tahun tahun dahulu, hanya ada sebilangan kecil jenis dadah; antaranya ganja, morfin, heroin, candu dan dadah lain yang kurang terkenal. Berbeza dengan sekarang, dadah terbahagi kepada narkotik, halusinogenik, stimulant ecstasy dan syabu dan depressant seperti painkiller dan ubat penenang. Manusia akan berusaha membuat keuntungan dengan cepat walaupun bertentangan dengan undang-undang. Kita akan menyaksikan pada masa hadapan kemunculan lebih banyak kes penyalahgunaan dadah dalam kategori stimulant dan depressant. Di Malaysia, permasalahan dadah dianggap sebagai musuh nombor satu negara. Dalam tempoh 30 tahun, rakyat Malaysia yang terlibat dengan gejala dadah berjumlah 235,495 orang. Ini adalah kes yang dilaporkan. Jumlah sebenar adalah sebanyak dua kali ganda atau mungkin tiga kali ganda. Pada tahun 2003 sahaja, seramai 113 orang penagih dilaporkan meningkat setiap hari. Dikaporkan juga daripada bulan Januari hingga April 2003, penagih baru berjumlah 6940 orang manakala penagih berulang ialah seramai 6579 orang. Majoriti penagih dadah di Malaysia ialah lelaki dan berbangsa Melayu yang berumur di antara 20 hingga 44 tahun. Kita menjangkakan masalah dadah akan menjadi semakin serius di dunia. Kewujudan jenis dadah sedia ada seperti dadah jenis Heroin, Morfin, candu, ganja, pil psikotropik, Ecstasy, Gam, Syabu, Methamphetamine, Amphetamine, Kodein atau ubat batuk akan di”ubahsuai” untuk memenuhi citarasa penagih dadah. Permasalahan HIV AIDS juga merupakan masalah Negara. Ia mula dikesan di Malaysia pada tahun 1986. Bilangan kanak-kanak berumur 19 tahun ke bawah yang dijangkiti HIV ialah seramai 513 orang pada tahun 1986. Pada sembilan bulan pertama tahun 1997 sahaja seramai 66 orang yang berumur 19 tahun ke bawah telah dijangkiti HIV. Pada pengakhir tahun 2000, jumlah keseluruhan jangkitan HIV yang dilaporkan kepada Kementerian Kesihatan Malaysia ialah sebanyak 38,340 kes. Daripada jumlah ini, sebanyak 2722 adalah merupakan kes AIDS. Pada tahun 2003 terdapat 90,000 orang menghidap HIV/AIDS akibat daripada gejala penagihan dadah dan berlaku pertambahan 19 penghidap setiap hari. Masa depan peradaban manusia boleh mengalami kehancuran sekiranya wabak HIV-AIDS tidak dibendung segera. Dianggarkan seramai 33 juta manusia dijangkiti HIV di seluruh dunia pada tahun 2007 sahaja. 2 juta jiwa telah terkorban akibat AIDS dan juta kes jangkitan HIV berlaku setiap tahun. Beberapa negara mencatatkan penurunan kes-kes jangkitan HIV baharu tetapi beberapa negara lain pula menunjukkan beberapa peningkatan dari segi angka dan jumlah. Di semua negara, wanita lebih banyak dijangkiti berbanding lelaki. Kalau kita mahu menyelamatkan tamadun manusia, kita perlu menyekat aktiviti perkongsian suntikan, pergaulan dan seks bebas serta penagihan dadah. Pengukur Peradaban Dan Impak Sains Serta Teknologi Masa depan peradaban manusia bergantung kepada sejauh mana pencapaian dan pembangunan manusia dalam segala bidang termasuklah dalam bentuk fizikal mahupun spirituil. Maju mundurnya peradaban manusia boleh diukur melalui pencapaian ini. Pengukur pembangunan ialah pencapaian-pencapaian manusia dalam segala aspek kehidupan untuk meningkat maju dan berkembang yang memberi manfaat kepada individu, keluarga, komuniti ataupun masyarakat yang mencakupi perkembangan dalam bidang industri, kraftangan, sains dan teknologi, ICT, pertanian, ekonomi, peningkatan taraf hidup, kesusasteraan, kebudayaan, kesenian dan sistem kepercayaan. Pengukur pembangunan rohani dan spirituil pula ialah jumlah ibadah yang dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Masyarakat atau peradaban yang paling banyak menguasai ilmu, pengetahuan dan maklumat akan menguasai dunia. Richard Hunter 2002 telah meramalkan tamadun masa depan akan berlakunya kebocoran maklumat-maklumat sulit, rahsia dan privasi kerana ia mudah untuk diperolehi dengan menggunakan teknologi-teknologi pemerolehan informasi yang semakin canggih. Semua maklumat ini kemungkinan akan berguna untuk tamadun manusia ataupun berpotensi untuk disalahguna secara serius. Teknologi-teknologi baru ini akan memberikan impak yang besar kepada cara kita hidup dan bekerja. Interaksi Ilmu, Masa Depan Peradaban Dan Penjanaan Kemajuan Ilmu Peradaban Islam mewakili semua peradaban dunia dari sudut integrasi komponen-komponen utama peradaban ditambah dengan pembangunan dan kemajuan spirituil yang menonjolkan keunikan Islam itu sendiri. Masa depan peradaban bergantung kepada sejauh mana manusia menjana satu kekuatan dan kemantapan yang komprehensif dan berintegrasi yang menggabungkan kemajuan dan pembangunan ilmu, fizikal, emosi, spirituil, kesejahteraan jasmani dan rohani. Tamadun Mesopotamia, Greek, Yunani, Parsi, Tamadun Lembah Sungai Indus dan tamadun Lembah Hwang Ho mengandungi sekurang-kurangnya salah satu elemen di atas. Dilema peradaban manusia kontemporari berkisar dalam soal sikap dan penguasaan ilmu pengetahuan. Masa depan peradaban manusia bergantung kepada sejauh mana ekstensifnya interaksi peradaban dan pemindahan kemajuan sains dan teknologi daripada satu peradaban ke peradaban yang lain. Interaksi dan transmisi peradaban tidaklah berlaku secara efisien tanpa adanya sikap mengagungkan ilmu pengetahuan, para agamawan dan intelektual. Pembangunan peradaban akan terbantut jika manusia membelakangkan ilmu pengetahuan. Mengambil Iktibar, Belajar Daripada Yang Pakar Dan Tidak Mengulangi Kesilapan Ilmu ketamadunan Barat jarang-jarang membincangkan mengenai permulaan penciptaan manusia. Penciptaan manusia telah dibincangkan dalam al-Qur’an dengan detail yang menerangkan tentang maksud akhirnya ialah kekuasaan dan keagungan Tuhan dan kekerdilan manusia. Maka masa depan peradaban bergantung kepada bagaimana kita ”mengenal” manusia dan diri sendiri dan bagaimana kita memenuhi keperluan hidup manusia, keperluan bermasyarakat dan keperluan bernegara. Dalam tradisi Islam juga kita akan dapati bahawa al-Qur’an telah menerangkan pencapaian peradaban-peradaban terdahulu seperti Kaum Ad, Thamud dan Lut. Begitu juga kita akan dapati beberapa pemerintahan besar dalam peradaban mereka seperti Fir’aun, Namrud, Balqis dan seumpamanya. Saya percaya, masa depan peradaban manusia bergantung kepada sejauh mana kita mengambil iktibar daripada peradaban-peradaban terdahulu dan memperbaiki kesilapan-kesilapan dan tidak mengulangi peradaban terdahulu. Kita juga perlukan lebih ramai pakar yang mengajar dan membimbing dalam pelbagai bidang ilmu untuk memajukan peradaban. Kita perlukan historical engineering pemerkeyasaan sejarah untuk menghadapi zaman mendatang iaitu zaman angkasa space age seperti yang diungkapkan oleh Baron Von Volsung 2003 agar kita dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip saintifik, matematik, fizik, penkomputeran dan kejuruteraan untuk mengumpulkan data, menganalisa, memproses dan merancang maklumat-maklumat sejarah masa lampau dan masa kini untuk merancang, membina, menghadapi dan memajukan masa hadapan. Historical Engineering adalah satu aspek penting yang melebihi kepentingan pembelajaran sejarah. Kemajuan peradaban masa hadapan akan berkisar dalam konteks penciptaan-penciptaan yang up to date, kecanggihan komputer, mesin, jentera, sains dan teknologi, keunikan nanoteknologi, kemajuan pesat dalam bioteknologi, kejuruteraan, perubatan dan perawatan. Kesemuanya adalah gabungan inovasi dan kreativiti, pembangunan dan pencapaian manusia dari sudut fizikal, emosi, intelektual dan spirituil. Ini akan merobah hampir keseluruhan cara hidup manusia kerana zaman dan keperluan manusia turut berubah. Umat masa hadapan akan mengambil iktibar daripada umat masa kini. Umat masakini pula mengambil banyak iktibar daripada apa yang berlaku kepada manusia dalam peradaban terdahulu. Dalam Al-Quran, Allah menjelaskan bahawa ruang angkasa tidak akan dapat ditembusi dan dilepasi oleh manusia melainkan dengan kekuasaan sultan. Kekuasaan yang dimaksudkan ialah kekuatan ilmu, kekuatan kejuruteraan angkasa, pengetahuan dan maklumat, kekuatan fizikal, persediaan dan berbagai disiplin ilmu-ilmu lain. Peradaban manusia masa hadapan kemungkinan akan menyaksikan penempatan manusia di beberapa planet. Percubaan-percubaan telah dilakukan untuk mencari planet yang sesuai didiami oleh makhluk dan eksperimen masih lagi dijalankan oleh para saintis. Ianya tidak akan dapat dicapai tanpa penyelidikan dan pembangunan yang bermutu tinggi. Pelaburan kewangan dan kepakaran merupakan dua perkara penting untuk terus meneroka angkasa lepas. Islam, Masa Depan Peradaban dan Ilmu Pengetahuan Islam mewajibkan umatnya mencari ilmu konvensional, ilmu keagamaan dan keakhiratan agar perjalanan kehidupan di dunia terarah dan mengikut keredaan Allah dan beroleh kejayaan juga di Hari Akhirat. Adalah menjadi tugas jihad kita juga memperlengkapkan diri dengan ilmu konvensional dan ilmu keagamaan agar nilai kehidupan mempunyai erti di sisi Allah seperti dalam sabda Nabi Muhammad yang bermaksud “Sesungguhnya Allah membenci orang yang berhati kasar kejam dan keras, sombong, angkuh, bersuara keras di pasar tempat umum pada malam hari serupa bangkai dan pada siang hari serupa keldai, mengetahui urusan dunia tetapi jahil bodoh dan tidak mengetahui urusan akhirat.” Hadis riwayat Ahmad. Bukankah menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu itu merupakan suatu jihad? Manusia Islam tidak akan berjaya membina peradaban yang cemerlang tanpa mengungguli ilmu pengetahuan, sebab itu tugas penggalian dan penyebaran ilmu itu merupakan satu jihad kerana ia mempunyai signifikan yang cukup besar dalam pembinaan peradaban manusia. Begitu juga bagi penganut agama lain, penguasaan ilmu bukanlah satu pengecualian untuk maju dan terkehadapan. Dalam Islam, tiada ibadah yang lebih afdal melainkan menuntut ilmu. Beribadah dengan ilmu adalah lebih baik berbanding ibadah tanpa ilmu. Mencari ilmu dan menuntut ilmu adalah jihad kerana orang yang berilmu dan cemerlang keilmuannya mampu membangunkan agama, Negara dan masyarakat dan orang yang tidak berilmu dan yang tidak cemerlang dalam ilmunya menunjukkan kelemahan agama. Rasulullah bersabda Yang bermaksud “Kelebihan mukmin yang berilmu berbanding mukmin yang sekadar abid iaitu yang sekadar beribadah tanpa ilmu adalah 70 darjat”. Hadith ini menjelaskan bahawa dalam melakukan amal ibadah kita perlukan ilmu pengetahuan sebagai persediaan. Jika tidak, ditakuti amalan kita itu sia-sia dan tertolak kerana tidak sempurna atau tidak menepati spesifikasi rukun atau prosedur amalan tersebut. Impak Ilmu Pada Masa Depan Peradaban Manusia Saya percaya ilmu dalam peradaban manusia ialah apa yang dapat dimanifestasikan dalam perbuatan, perlakuan dan tingkahlaku manusia. Dalam Islam, nilai ilmu dan pemikiran merupakan unsur terpenting yang menentukan tindakan dan perilaku manusia. Kekalutan dan kecelaruan nilai seperti apa yang betul, salah atau memuaskan akan berlaku. Ia berlaku kerana tiga sebab; pertama, manusia menerima ilmu yang tidak sebenarnya ilmu, kedua, manusia salah memahami ilmu; ketiga, manusia meletakkan akal melebihi nilai wahyu. Nilai tetap akan menjadi perbahasan dalam peradaban manusia. Manusia akan menggerakkan maklumat dan pengetahuan baru mengenai dunia seharian dan membentuk kerangka rujukan yang membolehkan mereka melihat diri, persekitaran, hubungan sesama makhluk dan Tuhan dengan cara baru. Peradaban manusia masa hadapan terpaksa mennghasilkan produk-produk sains dan teknologi yang mampu bertahan zaman berzaman kerana ia akan cepat menjadi “ketinggalan zaman” seperti automobil, kapal terbang, barangan elektrik, televisyen dan lain-lain lagi. Apakah ia tetap akan relevan pada masa hadapan walaupun ianya cukup berharga kerana keantikannya? Pemajuan Ilmu Masa depan peradaban manusia bergantung kepada inisiatif dalam memajukan ilmu pengetahuan melalui pengajaran, pembelajaran, penyelidikan dan pembangunan yang boleh membawa manfaat kepada kesejahteraan agama, bangsa dan negara ataupun peradaban. Faktor lain yang penting ialah kekuatan semangat, motivasi diri dan inspirasi untuk cemerlang. Di samping itu, warga peradaban mestilah bersungguh-sungguh, berdedikasi dan berkualiti dalam kerja ke arah pencapaian terbaik dalam misi, wawasan dan matlamat yang ditetapkan dalam peradaban. Peradaban tidak akan berkembang tanpa tekad, kesungguhan, komitmen, ketrampilan diri dan disiplin yang tinggi warga peradaban untuk mengisi dada dengan kemahiran dan kebolehan dalam pelbagai aspek pembangunan diri dan ilmu pengetahuan yang konvensional maupun ukhrawi. Kita perlulah mempertingkatkan ilmu kita dalam semua aspek dari masa ke semasa. Dalam Islam, proses pembelajaran berlaku sepanjang hayat dan sentiasa berterusan dan tidak terhenti setakat memperolehi sijil ataupun kelulusan. Sabda junjungan besar Nabi Muhammad yang bermaksud “Tuntutlah ilmu daripada buaian sampai ke liang lahad”. Kita perlu tanamkan dalam generasi kita sikap dan semangat untuk unggul dan berjaya dalam semua jenis ilmu pengetahuan. Bangsa yang terkehadapan di dunia sekarang ini dan untuk masa hadapan, adalah bangsa yang mengungguli semua jenis ilmu pengetahuan. Islam telah lama menyarankan soal ini. Kita perlu prihatin tentang sikap dan mentaliti kita tentang soal ilmu pengetahuan sekiranya kita ingin menjadi bangsa yang dihormati di dunia. Sabda junjungan besar Nabi Muhammad yang bermaksud “Sesiapa yang inginkan dunia, maka hendaklah ia berilmu, sesiapa yang hendakkan akhirat, maka hendaklah ia berilmu, sesiapa yang hendakkan kedua-dua nya maka hendaklah ia berilmu.” Pendekatan ilmu dalam sistem pemerintahan dan pentadbiran negara sesuatu tamadun boleh membawa tamadun itu ke satu tahap yang membanggakan. Negara akan dipandang tinggi dan dihormati sekiranya rakyatnya berilmu pengetahuan dan ramai cendekiawannya, membuat penemuan dalam bidang sains, teknologi, sains sosial dan kemanusiaan. Negara akan dipandang tinggi dan dihormati sekiranya rakyatnya bekerja kuat, bersabar, mempunyai integriti dan sinergi, berkualiti dan sling bekerjasama dalam segala aspek kehidupan. Masa Depan Peradaban, Identiti Ilmu dan Pendidikan Pembinaan peradaban dan kemajuannya perlukan penguasaan ilmu pengetahuan. Penguasaan ilmu pengetahuan perlu dititikberatkan melalui pendidikan menurut syarat-syarat dan tatacara agar seseorang dengan mudah dapat membezakan antara yang benar dan yang palsu pada kata-kata, antara kebenaran dan kebatilan di bidang iktikad dan antara yang baik dan yang buruk dalam perbuatan dan tingkah laku. Jika kekuatan ini baik dan luhur, maka daripadanya diperolehi hasil hikmah’ iaitu mengetahui kebenaran melalui ilmu pengetahuan dan amalan. Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali adalah kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat. Manusia itu akan sampai kepada kesempurnaan sebab manusia itu mendapatkan keutamaan melalui ilmu pengetahuan. Keutamaan itulah yang membuatkan manusia itu bahagia di dunianya dan dekatnya diri dan rohaninya kepada Allah yang menyebabkan dia bahagia di akhiratnya. Al-Ghazali berpendapat ilmu itu sendiri secara mutlak adalah kemuliaan yang tertinggi. Oleh kerana itu dia memandang, menghasilkan ilmu merupakan sasaran pendidikan kerana ilmu mempunyai nilai tertentu kerana kedapatan di dalamnya kelazatan dan sesuatu yang mengenyangkan. Apabila memperkatakan kepentingan ilmu bagi masa depan peradaban, kita tidak boleh mengenepikan aspek pendidikan. Barbara Giles 2003 mencadangkan keperluan para pendidik untuk melengkapkan generasi muda dengan persediaan sepanjang hayat bukannya pada zaman persekolahan sahaja. Dua perkara yang ditekankan oleh beliau ialah pembangunan dan kemahiran insaniah pembentukan nilai-nilai moral dan sikap kerjasama serta bertanggungjawab yang membawa kepada pembinaan karekter komuniti. Walaupun Giles menfokuskan kepada pendidikan menengah, saya melihat pendidikan tinggi perlulah meneruskan dan memajukan pendidikan seterusnya melengkapkan mahasiswa sebagai ”pemegang kunci khazanah ilmu”. Masa depan peradaban bergantung kepada sejauh mana universiti menjalankan fungsi utamanya bagi melahirkan modal insan berminda kelas pertama, berpersonaliti unggul dan bermutu tinggi yang menyumbang kepada kemajuan masyarakat dan juga negara. Saya percaya, universitilah yang melahirkan genius, intelektual, cendekiawan dan para pakar walaupun ia tidak selalunya benar. Daniel Quinn 2000 mengenengahkan dua mindset perubahan minda yang saya percaya perlu bagi kita untuk menggunakan ilmu dengan sebaiknya bagi menghadapi masa hadapan, Pertama, setting minda kita perlu kepada menjawab persoalan “bagaimanakah kita boleh menghentikan perkara buruk daripada berlaku?”. Kedua, “bagaimanakah kita melakukan sesuatu agar ia mengikut dan bertepatan dengan apa yang kita kehendaki?”. Kunci kepada persoalan-persoalan ini ialah perubahan sikap, usaha bersungguh-sungguh dan persediaan ilmu yang mencukupi. Seperti yang telah dijelaskan, identiti negara atau peradaban dengan nilai-nilai moral dan budayanya akan terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman. Identiti ilmu sesuatu peradaban akan menjadi landmark bagi peradaban masa hadapan kerana tanpa ilmu, peradaban tidak akan maju dan berkembang. Kelangsungan peradaban akan berterusan selama mana proses pembelajaran antara peradaban sentiasa berlaku. Seandainya ia berhenti, peradaban akan terbantut dan tidak maju. Perkongsian pintar melalui kerjasama dan persefahaman akan membawa kemajuan kepada peradaban masa hadapan. Jika warga antara peradaban memperlekehkan antara satu sama lain, maka dominasi dan permusuhan akan berpanjangan. Perkembangan ilmu akan terbantut dan tidak membawa manfaat yang diperlukan. Jika kita tinjau kepada tulisan-tulisan Orientalis pada kurun ke 18 dan 19, mereka menekankan kepada kemunduran manusia-manusia Timur dan keagungan manusia-manusia Barat atau ketololan manusia-manusia Timur dan kecerdikan manusia-manusia Barat. Hal ini boleh dilihat dalam kebanyakan buku-buku sejarah pengajian sains dan ketamadunan. Cuba kita senaraikan berapa banyak ilmuan Muslim ataupun Timur yang disebut atau diiktiraf di dalam karya-karya tersebut. Penemuan-penemuan sains yang dilakukan oleh orang-orang Islam disembunyikan dan di”hilang”kan daripada sejarah. Disebarkan peranan para saintis Barat dan sumbangan para intelek Muslim dinafikan. Justeru, masa depan peradaban bergantung kepada bagaimana peradaban Timur dan Barat melihat dan melayani antara satu sama lain. Masa depan peradaban juga bergantung kepada bagaimana kita melihat agama dan penganut agama lain. Masalah akan timbul apabila kita melihat penganut agama lain dengan sikap prejudis, bias dan berat sebelah. Kita melihat secara negatif dan bukan secara positif peradaban lain. Kita perlu melihat peradaban lain dengan perspektif ilmu, bukannya emosi. Sebenarnya, apa yang dikatakan sebagai zaman kebangkitan intelektual Barat Renaissance bermula apabila orang-orang Barat dapat berhubung dengan orang-orang Islam menerusi Sepanyol dan Sicily. Apabila mereka mula berkenal dengan nilai-nilai Islam dalam aspek pemikiran dan sains mereka mula mengorak langkah. Perkara pertama yang paling mempengaruhi Barat hasil daripada perhubungan Barat dan Islam di Sepanyol ini ialah kebolehan umat Islam mengintegrasikan antara iman dan akal minda dan rasional. Mereka belajar cara Islam mendamaikan antara teologi dengan pemikiran atau dengan lain perkataan, akal disesuaikan dengan ilmu-ilmu wahyu. Malangnya, apabila Barat menjadi kuasa besar dunia, mereka telah menggunakan kedudukan dan kuasa mereka untuk menekan umat Islam dan negara-negara Islam. Bahkan sebahagian besar sarjana Barat mengabaikan sumbangan Muslim kepada tamadun dunia kerana mereka lihat Islam dan orang Islam adalah musuh mereka dan orang asing dalam semua aspek kehidupan mereka. Joseph Tainter 1988 dalam bukunya The Collapse of Complex Societies mengenalpasti kejatuhan peradaban manusia adalah kerana kegagalan untuk “menguasai keuntungan marginal” melalui “pelaburan” dalam organisasi untuk menyelesaikan masalah-masalah sosio-ekonomi. Justeru, seandainya manusia ingin memajukan peradaban masa hadapan, maka manusia perlukan penguasaan pelbagai ilmu berkaitan sosio-ekonomi untuk menyelesaikan masalah-masalah sosio-ekonomi. Bukan sahaja manusia perlukan ilmu untuk menyelesaikan masalah sosio-ekonomi, manusia juga perlukan ilmu untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan lain dalam suasana masyarakat yang semakin kompleks. Ilmu Perpaduan Dan Kelangsungan Perpaduan Masa depan peradaban manusia bergantung kepada sejauh mana manusia mengubah sikap untuk bersatu padu melalui ilmu perpaduan. Sejak 50an lagi penggubal polisi Amerika Syarikat telah menyalahtafsir dunia Islam. Propaganda seperti “pertembungan tamadun-tamadun” the clash of civilizations dan “apakah yang tersalah?” what went wrong? sebenarnya merupakan kesinambungan kesalahtafsiran itu dan terbawa-bawa ke zaman sekarang. Hal ini menyukarkan pembinaan keamanan yang berterusan berdasarkan perkara yang boleh disepakati untuk peradaban masa hadapan. Kita perlukan ilmu perpaduan untuk membezakan di antara kebenaran dan kepalsuan. Kenapa kita masih bersengketa, bercakaran dan bermusuhan? Kenapa kita masih prejudis di antara satu sama lain? Jawapannya mudah, kita tidak memahami perdamaian, perpaduan, perundingan, toleransi, integrasi melalui pendekatan ilmu! Tamadun akan musnah kalau manusia gagal bersatu. Bersatu perlulah melalui ilmu untuk kelangsungan tamadun masa hadapan. Richard W. Bulliet 2004 melihat kesalahan Barat dalam melayani dunia Islam dan politik Islam sehingga berlakunya perbalahan berterusan yang merugikan kedua pihak. Malahan beliau optimis bahawa masa depan hubungan dunia Islam dengan Amerikalah yang bakal menentukan geopolitik dan keamanan dunia di masa hadapan. Masa Depan Peradaban Manusia Impak Kehidupan dan Sosial Pada masa hadapan manusia akan lebih bersikap individualistik. Jalinan sosial masyarakat pada masa sekarang mungkin kelihatan erat seperti kunjung mengunjungi, berkomunikasi dan berinteraksi. Akan tetapi manusia pada masa hadapan mungkin hanya mengenali dirinya dan keluarganya sendiri kerana manusia secara sosial hanya terhubung melalui jaringan internet dan terpisah daripada komuniti sekitarnya. Sudah ada penyelidik yang gusar mengenai tabiat dan kesibukan kerja manusia hinggakan manusia tidak mempunyai masa yang banyak untuk bersama keluarga hatta untuk bersarapan bersama atau bersantai bersama. Struktur bilik dalam rumah pada masa hadapan memungkinkan juga sukarnya sesama ahli keluarga untuk berkomunikasi apatah lagi untuk berinteraksi sosial. Rumah-rumah mewah seperti banglo dengan gated dan guarded security sudah menjadi semacam satu halangan dalam usaha mempraktikkan amalan ziarah-menziarahi. Budaya gotong-royong dalam kenduri-kendara juga sudah semakin terhakis. Tanah-tanah untuk tujuan pembinaan perumahan akan menjadi semakin berkurangan. Oleh yang demikian, manusia akan menimbus paya, laut dan tanah gambut untuk membina rumah. Akan wujud juga kecenderungan untuk tinggal di apartment dan kondominium. Persoalannya, apakah manusia akan mampu memiliki rumah pada masa yang akan datang dengan kenaikan harga rumah di antara 15% hingga 25% setahun? Richard Watson 2010 dalam bukunya yang berjudul “The Next 50 Years” meramalkan akan berlakunya perubahan dalam pola keanggotaan parti politik dan perubahan dalam kepercayaan kepada parti politik. Beliau memberi contoh, di England keanggotaan dalam parti politik menurun sebanyak 50% sejak tahun 1980, dan begitu juga tahap komitmen para pengundi dan kepercayaan masyarakat terhadap parti politik dan ahli politik. Kelompok pengundi meletakkan harapan yang tinggi kepada ahli politik untuk menghadapi ancaman terorisme, membawa negara bersaing di peringkat global dan menyuarakan aspirasi nasional di forum antarabangsa dan kebolehan mempengaruhi agenda politik global. Apa yang lebih penting ialah kebolehan ahli politik menyelesaikan masalah sosio-ekonomi rakyat jelata adalah impian rakyat mana-mana negara. Watson juga melahirkan kebimbangan mengenai perhatian yang diberikan oleh setiap warga negara kepada kepentingan-kepentingan nasional dengan lunturnya semangat negara bangsa terutamanya apabila berlaku penghijrahan pekerja-pekerja mahir dan profesional ke negara-negara bukan asal. Kebangkitan China dan India dalam sektor ekonomi juga menunjukkan peningkatan yang ketara dalam konteks globalisasi. Penguasaan Barat ke atas Timur tidak lagi menjadi selalunya benar. China dan India sekarang ini sedang menuju ke arah penguasaan pasaran Amerika dan Eropah. Teori globalisasi ekonomi juga menjadi semakin goyah dengan kebangkitan kuasa ekonomi Asia. Kekuatan perdagangan regional semakin memuncak dengan meningkatnya lima kali ganda perjanjian perdagangan regional. Watson juga meramalkan pada tahun 2030 komputer akan menjadi lebih pintar daripada manusia. Mesin pula akan berfungsi tanpa dikendalikan manusia. Gabungan teknologi komputer, robotik dan teknologi nano akan memungkinkan penciptaan “benda” yang meniru diri mereka sendiri. Oleh yang demikian, kita tidak dapat membayangkan jika penciptaan tersebut menghasilkan sesuatu yang luar biasa di luar daripada jangkauan akal manusia. Komputer riba Asus sudah boleh mengecam raut wajah pemiliknya untuk tujuan keselamatan dan mengaktifkannya. Jika ia dicuri, sukar orang untuk menghidupkannya kerana ia boleh mengecam wajah pemiliknya yang telah disetkan sebelumnya. Media pula akan semakin mempengaruhi manusia dengan revolusi maklumat. Lebih banyak inovasi dan kreativiti akan berlaku dalam bidang media. Akhbar The Times dan The Independent dicetak dalam dua bentuk ukuran agar mudah dibaca. Hegemoni Barat dalam konteks pengaruh media akan semakin kukuh sebagai faktor dominan penjajahan pemikiran dan kemajuan budaya kuning. Dalam bidang kewangan, penggunaan wang tunai akan menjadi semakin tidak perlu. Manusia akan beralih kepada urus niaga maya dan digital. Sekarang, perkara ini sudah berlaku dengan amat pantas. Kita membayar bil telefon, kad kredit, Astro, sewa beli dan seumpamanya melalui pembayaran atas talian tanpa menggunakan wang tunai. Dengan satu klik sahaja segalanya beres. Membeli-belah secara atas talian juga semakin berleluasa. Agensi penyelidikan komersial AC Nielsen mengandaikan pada tahun 2020, transaksi yang melibatkan tunai dalam semua urusan hanya berlaku pada kadar 10% sahaja berbanding keseluruhan transaksi. Ada juga yang mengandaikan bahawa pada tahun 2050 kita akan memiliki hanya satu matawang global digital. Semua ramalan dalam filem yang berunsur sains fiksyen boleh berlaku. Jika ramalan itu digabungkan dengan data dan fakta empirikal, tidak mustahil sesuatu yang diramalkan itu akan berlaku pada masa hadapan. Setidak-tidaknya kita boleh mengenalpasti trend dan kecenderungan sains dan teknologi pada masa hadapan. Dunia sedang bergerak dengan pantas dan transformasi kehidupan akan berlaku secara mendadak. Cabaran kepada Peradaban Islam Pluralisme Agama Terdapat dua perkara penting yang perlu kita ketahui apabila membincangkan persoalan pluralisme. Pertama pluralisme dalam pengajian etnik dan kedua pluralisme dalam konteks agama. Pluralisme dalam konteks agama atau pluralisme agama adalah fahaman yang sangat merbahaya dan menjadi fokus perbincangan kita pada hari ini. Manakala pluralisme dalam pengajian hubungan etnik adalah perbahasan berkaitan kepelbagaian dalam masyarakat. Sebelum kita pergi lebih jauh, eloklah kita bincangkan dahulu pluralisme dalam pengajian etnik atau pengajian hubungan etnik. Pluralisme dalam konteks ini adalah suatu keadaan masyarakat berbilang bangsa atau kemajmukan masyarakat. Disiplin ilmu pluralisme dalam hubungan etnik mencakupi sebab-sebab berlaku kemajmukan, ciri-ciri kemajmukan, asal-usul bangsa, polisi dan dasar berkaitan etnik dan implikasi daripada kemajmukan. Pluralisme dalam konteks ini juga menimbulkan persoalan-persoalan kenegaraan di dunia dan sering mengundang berbagai penyelesaian. Akibat daripada kemaraan globalisasi, masyarakat berbilang kaum menjadi semakin rencam dari segi budaya dan heterogeneous. Situasi semasa juga menjadi semakin kompleks dengan berlakunya migrasi dan pembangunan. Dilema bagi setiap negara ialah sama ada kepelbagaian etnik dikekalkan atau pendekatan-pendekatan menangani kepelbagaian etnik dilakukan pengubahsuaian. Terdapat juga pendapat yang menyatakan bahawa kepelbagaian atau pluralisme etnik merupakan satu keunikan dan kekuatan bagi sesebuah negara. Terdapat juga kerajaan di dunia yang menghargai kepelbagaian agama, persaingan antara etnik dan berusaha menyelesaikan masalah-masalah berkaitan hubungan etnik. Semua ini termasuk dalam perbahasan mengenai pluralisme dalam hubungan etnik. Kita beralih pula kepada pluralisme agama. Isu pluralisme agama menimbulkan fenomena baru dalam pemikiran Islam. Ia mencetuskan pelbagai kontroversi dalam dunia Islam dan antarabangsa serta menggugat akidah umat Islam. Di antara ciri pluralisme agama ialah 1. Ia mempunyai satu gerakan yang terancang yang berlindung di bawah gerakan-gerakan seperti global ethics, human rights dan interfaith dialogue atau dialogue of faith dan civilizational dialogue. 2. Ia mempunyai jaringan luas hampir di seluruh dunia termasuklah Malaysia dan telah lama berakar umbi di Indonesia. 3. Ideologi dan fahaman pluralisme agama merupakan suatu serangan mental dan penjajahan pemikiran yang berbahaya terhadap Islam serta penganutnya. Ia dilakukan secara halus untuk mengelirukan pemikiran umat Islam atas nama rasional, toleransi dan perpaduan. 4. Ia mempunyai elemen-elemen fahaman Islam Liberal, sekularisme, rasionalisme, penolakan terhadap autoriti keagamaan, longgar dalam perbahasan mengenai hakikat kebenaran sesuatu agama dan sentiasa cuba menyamaratakan ajaran-ajaran agama yang berbagai. 5. Ia mempromosi nilai-nilai Barat dengan berselindung di sebalik slogan dan penekanan kepada terminologi universal values, good values, shared-values, positive values, noble values dan istilah-istilah yang lunak didengari. 6. Ia menanam bibit kekeliruan dan ketidakpastian dengan menggunakan moto yang kelihatan baik dan muluk seperti “One God Different Ways”, “Unity in Diversity”, dan lain-lain lagi. 7. Ia memisahkan nilai daripada agama dengan menyatakan nilai sejagat atau universal mengatasi kebaikan nilai agama dan ini menidakkan peranan agama dalam kehidupan seseorang. 8. Apabila fahaman ini menyatakan nilai-nilai yang diterima majoriti itu adalah suatu kebaikan, maka ia sebenarnya menolak autoriti agama, kesahihan agama dan keabsahan agama. 9. Ia memperjuangkan kebebasan mengeluarkan pendapat dalam beragama kononnya setiap orang berhak untuk memberikan pandangan walaupun pandangan itu sebenarnya bertentangan dengan agama atau pandangan itu boleh menyakiti penganut-penganut agama lain. 10. Metodologi yang digunakan mereka iaitu relativisme iaitu dengan menyatakan bahawa kebenaran adalah relatif dan tidak boleh didakwa mana-mana pihak, yang bertujuan kononnya memberi kebebasan yang mutlak dalam mengeluarkan pendapat dalam agama masing-masing. Jika kebenaran adalah relatif, maka agama juga bermakna bukanlah sesuatu yang benar dan tidak mutlak. 11. Pluralisme agama lebih cenderung meletakkan neraca akal melebihi neraca agama kerana akal dianggap sebagai berautonomi dan mampu memikirkan segala-galanya. Sebagai orang Islam, kita perlu berhati-hati, berwaspada dan berawas dengan gerakan fahaman pluralisme agama kerana matlamat akhir gerakan ini ialah menghapuskan semua agama. Apabila nilai akal diletakkan diletakkan lebih tinggi daripada agama, maka agama tidak lagi mempunyai sebarang signifikan dan peranan. Apa yang penting ialah kita perlu berpegang teguh dengan agama Allah agar kita tidak terpesong. Allah telah berfirman dalam surah al-An’am, ayat 153 Bermaksud “Dan bahawa sesungguhnya inilah jalan-Ku agama Islam yang betul lurus, maka hendaklah kamu menurutinya, dan janganlah kamu menurut jalan-jalan yang lain dari Islam, kerana jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah. Dengan demikian itulah Allah perintahkan kamu supaya bertakwa.” Kesimpulan Masa lepas dan masa depan peradaban manusia tidak akan sempurna tanpa apresiasi tentang interaksi, proses transmisi, pinjam-meminjam dan pengayaan antara peradaban Timur dan Barat. Semestinya, kesemua elemen ini cukup-cukup berkait rapat dengan hal ehwal ilmu pengetahuan. Barat terhutang budi kepada Islam hasil dari interaksi peradaban yang berlaku hampir 14 abad. Islam juga terhutang budi kepada tamadun-tamadun agung dunia. Buku ini telah membincangkan dengan panjang lebar mengenai Islam yang dinamik. Jelaslah bahawa sesungguhnya jalan Allah iaitu agama Islam yang betul lurus mestilah diikuti oleh semua umat manusia dan Allah juga telah memperingatkan kita agar janganlah kita menurut menurut jalan-jalan yang lain dari Islam kerana jalan-jalan yang lain itu mencerai-beraikan insane dari jalan Allah. Rujukan Amini Amir Abdullah 2011, “Masa Depan Peradaban Manusia Impak Kehidupan dan Sosial”, Suara Pusat Islam Universiti Putra Malaysia, 8 April. Amini Amir Abdullah 2011, “Ciri-Ciri Pluralisme Agama”, Suara Pusat Islam Universiti Putra Malaysia, 25 Mac. Amini Amir Abdullah 2009, “Masa Depan Peradaban Manusia Masalah Akibat Penyalahgunaan Dadah Dan Kes Jangkitan HIV AIDS”, Suara Pusat Islam Universiti Putra Malaysia, 29 Mei. Bulliet, Richard W. 2004, The Case For Islamo-Christian Civilization 2004, Columbia University Press, Columbia, US. Gilles, Barbara Ray dan Kirby, Richard S., 2004, Nurturing Civilization Builders Birthing The Best Schools in the World, Oak Forest Press and Ideal Profit Inc., Milford, USA. Hunter, Richard 2002, World Without Secrets Business, Crime and Privacy in the Age of Ubiquitous Computing, John Wiley and Sons Inc., New York. Madsen, Cathie, Disember 2006, “Crime Rates Around The World”, Tainter, Joseph 1988 The Collapse of Complex Societies. Cambridge Cambridge University Press. Volsung, Baron Von 2003, Engineering The Future of Civilization, First Edition, March 2003, Great UNpublished, LLC, North Charleston, USA. Quinn, Daniel 2000, Beyond Civilization Humanities Next Great Adventure, Harmony Books, New York. Wallahu A’lam ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Depan Peradaban Manusia Impak Kehidupan dan SosialAbdullah Amini AmirAmini Amir Abdullah 2011, "Masa Depan Peradaban Manusia Impak Kehidupan dan Sosial", Suara Pusat Islam Universiti Putra Malaysia, 8 Pluralisme AgamaAbdullah Amini AmirAmini Amir Abdullah 2011, "Ciri-Ciri Pluralisme Agama", Suara Pusat Islam Universiti Putra Malaysia, 25 Civilization Builders Birthing The Best Schools in the WorldBarbara GillesRay DanRichard S KirbyGilles, Barbara Ray dan Kirby, Richard S., 2004, Nurturing Civilization Builders Birthing The Best Schools in the World, Oak Forest Press and Ideal Profit Inc., Milford, Without Secrets Business, Crime and Privacy in the Age of Ubiquitous ComputingRichard HunterHunter, Richard 2002, World Without Secrets Business, Crime and Privacy in the Age of Ubiquitous Computing, John Wiley and Sons Inc., New Rates Around The WorldCathie MadsenMadsen, Cathie, Disember 2006, "Crime Rates Around The World",Abdullah, M. Amin, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1995 ________, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1996 ________, Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin Metode Studi Agama dan Studi Islam di Era Kontemporer, Yogyakarta IB Pustaka, 2020 Ahmed, Akbar S., “Ibn Khaldun’s Understanding of Civilization and the Dilemmas of Islam and West Today,” The Middle East Journal, Vol. 56, No. 1. Winter, 2002 Amin, Samir, “The Future of Global Polarization,” dalam Johannes Dragsbaek Schmidt dan Jacques Hersh ed.. Ashroft, Bill, Post-Colonial Transformation, London Routledge, 2001 Bagghi, Kumar, “Globalisation India a Critique an Agenda for Financiers and Speculators,”; Kwan-Yeon Shin, “Globalisation and Class Politic in South Korea,” dalam Johannes Dragsbaek Schmidt dan Jacques Hersh ed., Globalisation and Social Change, 119-178. Birch, Anthony H., The Concepts and Theories on Modern Democracy, London Routledge, 2001 Bustaman-Ahmad, Kamaruzzaman, “Hubungan Agama dan Negara Pengalaman Indonesia Bahagian Pertama, PEMIKIR Membangun Minda Berwawasan, No. 30, Oktober-Desember 2002 ________, Satu Dasa Warsa the Clash of Civilizations Membongkar Politik Amerika di Pentas Dunia, Yogyakarta Ar-Ruzz, 2003. Carter, April, The Political Theory of Global Citizenship, London Routledge, 2001. Esposito, John L., “Clash of Civilization? Contemporary Images of Islam in the West,” dalam Gema Martin Munoz ed., Islam, Modernism and the West Cultural and Political Relations at the End of the Millenium, New York Tauris, 1999, 94-108. Fakih, Mansour, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta Pustaka Pelajar dan INSIST, 2001 Fukuyama, Francis, The Great Disruption Human Nature and the Reconstruction of Social Order, New York The Free Press, 1999 Golzani, Mehdi, Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an, Bandung Mizan, 2003 Guiderdoni, Bruno, “How Did the Universe Begin? Cosmology and Methaphysics for the XXIst Century,” Makalah disampaikan dalam International Conference of Religion & Science in the Post-Colonial World,” Yogyakarta, 2-5 Januari 2003 Hafez, Kai, “Islam and the West The Clash of Politicised Perceptions,” dalam Kai Hafez ed., The Islamic World and the West An Introduction to Political Cultures and International Relations, Leiden Brill, 2000 Harvey, David, “Globalisation in Question,” dalam Johannes Dragsbaek Schmidt dan Jacques Hersh ed. “Introduction Globalisation or the Coming of Age of Capitalism,” dalam Johanes Dragsbaek Schmidt dan Jacques Hersh ed., Globalisation and Social Change, London and New York Routledge, 2000 Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik,Jakarta Paramadina, 1996. ________, “Hermeneutical Problems of Religiuos Language,” Al-Jami’ah, No. 65 2000 Hittleman, James H., “The Future of Globalisation” makalah dalam The Pok Rafaeh Chair Public Lecture, Institut Kajian Malaysia dan Antarbangsa, Universiti Kebangsaan Malaysia, 10 Agustus 1999. Hittleman, James H., dan Othman, Norani ed., Capturing Globalisation, New York Routledge, 2001, 1-16. Diakses 30 Juni 2021, Huntington, Samuel P., The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, New York Touchstone Books, 1998 Ismail, Mohammad Saleh, “IT Usage Challenges and Opportunies in Globalisation”, Symbiosis Technology Park Malaysia, October 2001 Jaaffar, Johan, “Cabaran Media Hari ini Antara Kebenaran dan Wibawa Moral,” PEMIKIR, Oktober-Desember 2000 159-206. Jenie, Umar A., “Relation Between Islamic Ulamas and Scientist From Conflict to Dialogue,” Makalah disampaikan dalam International Conference of Religion & Science in the Post-Colonial World,” Yogyakarta, 2-5 Januari 2003 Kung, Hans, Etika Ekonomi-Politik Global Mencari Visi Baru bagi Kelangsungan Agama di Abad XXI, terj. Ali Noer Zaman, Yogyakarta Qalam, 2002 Leksono-Supelli, Karlina, “Cosmology and the Quest for Meaning,” Makalah disampaikan dalam International Conference of Religion & Science in the Post-Colonial World,” Yogyakarta, 2-5 Januari 2003. Levine, Mark, “Muslims Responses to Globalisation”, ISIM Newsletter, No. 10 2002 Lubeck, Paul M., “The Islamic Revival Antinomies of Islamic Movements Under Globalization,” dalam Robin Cohen dan Shirin M. Rai ed., Global Social Movements, New Jersey The Athlone Press, 2000 Maarif, A. Syafii, “Dunia Sedang Memasuki Era Baru Internasionalisme Amerika,” Panjimas, September 2003 Mahrus, “Kontroversi Produk Rekayasa Genetika yang Dikonsumsi Masyarakat,” Jurnal Biologi Tropis, Vol. 14 No. 2 Juli, 2014 108-119. Malik, Ghulam Farid, “Efforts of the Moslem Communities to Apply the Qur’anic Values towards World Peace A Historical Perspective,” dalam Azhar Arsyad, Jawahir Thontowi, dan M. Habib Chirzin ed., Islam & Perdamain Global, Yogyakarta Madyan Press, The Asia Foundation dan IAIN Alauddin Makassar, 2002 Martin, Richard C. ed., Approaches to Islam in Religious Studies, Arizona The University of Arizona Press, 1985; Taufik Abdullah dan M. Ruslim Karim ed., Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta Tiara Wacana, 1989. Masud, Muhammad Khalid ed., Travellers in Faith Studies of the Tablighi Jama’at as a Transnational Islamic Movement for Faith Renewal, Leiden Brill. 2000. McMichael, Philip, “States and Governance in the Era of Globalisation,” dalam Johannes Dragsbaek Schmidt dan Jacques Hersh ed.. “Introduction Globalisation or the Coming of Age of Capitalism,” dalam Johanes Dragsbaek Schmidt dan Jacques Hersh ed., Globalisation and Social Change, London and New York Routledge, 2000. Meuleman, Johan Hendrik, “Tradition and Renewal with Islamic Studies in South-East Asia The Case of the Indonesian IAINs” in Islamic Studies in ASEAN – Presentations of an International Seminar College of Islamic Studies, Prince of Songkhla University, Pattani, 2000, 283-99 Mohamad, Mahathir, The Issue and Challenges in the 21st Century,” Symbiosis Technology Park Malaysia, Oktober 2001 ________, Globalisation and the New Realities, Selangor Pelanduk, 2002 Mohammed Abed al-Jabiri, “Contemporary Arab Views on Globalisation” dalam Muniron, “Pandangan Al-Ghazali tentang Ittihad dan Hulul” Paramadina, Vol. 1, No. 2 1999 Murata, Sachiko, “Pengalaman Saya Mengajar Islam di Barat,” Ulumul Qur’an, Vol. V, No. 2 1994 Pasiak, Taufiq, Tuhan dalam Otak Manusia Mewujudkan Kesehatan Spiritual Berdasarkan Neurosains, Bandung Mizan, 2012 Prasetyo, Hendro, dan Munhanif, Ali, dkk., Islam dan Civil Society Pandangan Muslim Indonesia, Jakarta Gramedia dan PPIM IAIN Jakarta, 2002. Rakhmat, Jalaluddin, “Tuhan yang Disaksikan Bukan Tuhan yang Didefenisikan,” Paramadina, Vol. 1, No. 1 1989 Rizvi, Fazal, “Debating Globalization and Education After September 11”, Comparative Education, Vol. 40, No. 2, Special Issue 28 Postcolonialism andComparative Education May, 2004 157-171 Rochmat, Saefur, “Studi Islam di Indonesia Era Millenium Ketiga,” Millah Jurnal Studi Agama, Vol. 2, No. 1 2002 37-49. Rundell, Michael, ed., Macmillan English Dictionary for Advanced Learners, Oxford Bloomsbury Publishing, 2002 Russel, Robert J., “Theology and Science Current Issues and Future Directions,” hhtp// Diakses 29 Juni 2021. Schmidt, Johannes Dragsbaek, dan Hersh, Jacques, “introduction Globalisation or the Coming of Age of Capitalism,” dalam Johanes Dragsbaek Schmidt dan Jacques Hersh ed., Globalisation and Social Change, London and New York Routledge, 2000 The Freedom House Survey Team, “Freedom in World 2002 The Democracy Gap,” Diakses 30 Juni 2021. Thiselton, Anthony C., New Horizons in Hermeneutics, Michigan Zondervan Publishing House, 1992. Voll, John O., “Islamic Studies after Orientalism and Area Studies”, dalam Isma-ae Alee ed., Islamic Studies in Asean Presentation of an International Seminar, Thailand College of Islamic Studies Prince of Songkla University, 2000 Waardemburg, Jacques, “The Language of Religions and the Study of Religion as Sign System?,” ini Lauri Honko ed., Science of Religion Studies in Methodology, Paris Mouton Publishers, 1979 Yasuda, Nobuyuki, “Law and Development in ASEN Countries,” ASEN Economic Bulletin, November 1993 459-469. Yavari, Neguin, “Muslim Communities in New York City,” ISIM Newsletter, No. 10 2002 Yemelianva, Galina, “Islam and Power in Post-Communist Islam Russia”, ISIM Newsletter, No. 10 2002
pPzbAN.